Kotawaringin Timur Defisit Beras 18.177 Ton

id Kotawaringin Timur Defisit Beras 18.177 Ton, beras,

Kotawaringin Timur Defisit Beras 18.177 Ton

Ilustrasi. (istimewa)

Defisit beras yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur karena akibat produksi beras dengan jumlah penduduk tidak seimbang, sehingga produksi beras tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,"
Sampit (Antara Kalteng) - Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, mengalami defisit beras sebanyak 18.177 ton sepanjang Januari-Agustus 2014, kata Jakatan, Kepala Dinas Pertanian Peternakan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kotawaringin Timur.

"Defisit beras yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur karena akibat produksi beras dengan jumlah penduduk tidak seimbang, sehingga produksi beras tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Jakatan kepada wartawan di Sampit, Rabu.

Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur mencapai 416.200 jiwa atau naik sebesar 34,6 persen dari tahun sebelumnya yang berjumlah 309.160 jiwa.

Menurut Jakatan, defisit beras yang terjadi bukan menandakan produksi beras di Kabupaten Kotim kurang baik, karena target produksi beras di Kabupaten Kotim pada 2014 sebesar 40.535 ton gabah kering giling (GKG) dan tercapai 47.423 ton GKG.

"Ketahanan pangan kita sebenarnya cukup mantap saat ini, bahkan setiap tahunnya produksi berus terus mengalami peningkatan, hanya saja penambahan jumlah penduduk juga cukup tinggi," katanya.

Ketahanan pangan dilihat dari empat hal, yakni apakah pangan tersedia cukup, kemudian apakah distribusinya merata selanjutnya apakah harganya terjangkau masyarakat dan terakhir apakah aman dikonsumsi. Sehingga dari indikator itu tidak ada masalah di Kotawaringin Timur.

Selebihnya, guna menekan angka defisit beras akan dibuat kebijakan melalui intensifikasi dengan meningkatkan indeks produksi (IP).

"Dari IP 100 menjadi 300, artinya dari satu kali tanam menjadi tiga kali tanam dalam setahun. Pada tahun 2015, kami akan membangun sistem pengairan dengan sistem tower di dua tempat, yakni di Bapeang dan Kotabesi. Selebihnya pada tahun 2015, kami akan mencetak sawah baru seluas 250 hektare di lahan areal penggunaan lain (APL)," jelasnya.

Dia menambahkan dalam mencapai swasembada pangan perlu waktu cukup panjang serta dukungan dana yang kuat dan stimulan serta program terencana.

Tenaga penyuluh juga harus ditambah yakni satu penyuluh pertanian lapangan (PPL) membina satu desa. Sehingga lebih efektif dalam memberikan penyuluhan kepada para petani.

"Saat ini sudah ada dua calon investor yang sedang mengurus perizinan untuk komoditas padi dengan rencana luasan lahan sepuluh ribu hektare sampai dua puluh ribu hektare. Apabila hal itu terealisasi maka Kotim akan surplus beras nantinya. Itu adalah salah satu upaya Bupati Kotim Supian Hadi menuju swasembada beras," jelasnya.

Nilai investasi nantinya diperkirakan mencapai Rp250 miliar, dan akan kembali modal dalam waktu dua tahun. Apabila hal itu terwujud maka akan lebih baik dibandingkan perkebunan kelapa sawit yang `break event poin`nya 10 sampai 20 tahun. Sehingga agrobisnis tanaman pangan padi akan lebih menjanjikan.







(T.KR-UTG/B/F002/F002)