Gaharu Dan Harapan Baru Bagi Masyarakat Lamandau

id Gaharu Dan Harapan Baru Bagi Masyarakat Lamandau, Saidulkarnaen

Gaharu Dan Harapan Baru Bagi Masyarakat Lamandau

Saidulkarnain Ishak (FOTO ANTARA Kalteng/Ronny NT)

Palangka Raya (Antara Kalteng) - Gaharu yang kini "wajib", ditanam warga Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah diperkirakan akan memberi nilai tambah signifikan.

Gaharu menjadi harapan baru bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat seiring dengan harga jualnya di pasaran Indonesia dan mancanegara tinggi, yakni puluhan juta rupiah perkilogram.

Penanaman gaharu yang diwajibkan pemerintah minimal 20 batang setiap kepala keluarga (KK) sejak beberapa tahun terakhir akan membuka harapan baru bagi masyarakat daerah tersebut. Kewajiban itu juga berlaku pada instansi pemerintah seperti dinas dan instansi terkait di kabupaten pemekaran sekitar 12 tahun silam berdasarkan Undang-Undang (UU) No.5/2002.

Bupati Lamandau Marukan mencetuskan gagasan gerakan mewajibkan penanaman gaharu kepada masyarakat sebagai upaya menyelamatkan populasinya yang pada tahun 1980-an masih banyak di pulau Kalimantan (produksinya ribuan ton). Kini produksinya turun drastis. Karena itulah, pemerintah daerah mewajibkan masyarakat menanami pohon ini, di samping kelapa sawit dan karet.

Selain karena jenis gaharu terdapat banyak di pulau Kalimantan dan perlu dilestarikan, gagasan ini (kewajiban menanam gaharu) juga menjadi harapan baru bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Bupati Marukan menyebutkan penanaman gaharu sebagai salah satu upaya deposito, sementara kelapa sawit dan karet menjadi Anjungan Tunai Mandiri (ATM) masyarakat.

Untuk mendukung program gerakan tersebut, pemerintah daerah membantu pengadaan bibit kepada semua masyarakat kabupaten tersebut. Setiap kepala keluarga diberikan 20 batang bibit pohon gaharu untuk ditanam di halaman rumahnya masing-masing, yang kini diperkirakan sekitar 1,5 juta pohon sudah ditanam masyarakat daerah berjarak sekitar 12 jam perjalanan darat dari Palangka Raya itu.

Perkiraan ini sesuai jumlah kepala keluarga di Lamandau, sekitar 78 ribu KK. Umur gaharu sekarang diperkirakan 2-3 tahun, dan sudah ada yang berumur lebih empat tahun. Masa panennya tujuh tahunan dengan hasil panen sekitar empat kilogram/batang. Harga jualnya saat ini sekitar Rp30 juta/Kg. Artinya, tiga-empat tahun ke depan, masyarakat Lamandau akan sejahtera dengan penghasilan signifikan.

Kalkulasinya tidak sulit dilakukan. Misalnya 20 batang pohon gaharu yang ditanam akan menghasilkan sekitar 80 kilogram manakala dihitung empat kilogram/batang. Produksi empat kilogram/batang (ini prediksi terendah berdasarkan keterangan seorang pemilik gaharu) dikali 20 pohon menjadi 80 kilogram, dengan harga jual Rp30 juta/Kg dikali 80 kilogram, berarti penghasilan masyarakat per-KK Rp2,4 miliar.

Tanaman gaharu yang merupakan gumpalan padat berwarna coklat kehitaman sampai hitam pekat, dan berbau harum (jika dibakar) bagian pohon atau akar tumbuhan penghasil gaharu yang telah mengalami proses perubahan kimia dan fisika akibat terinfeksi oleh sejenis jamur itu, kini menjadi primadona masyarakat kabupaten yang berbatas dengan Kalimantan Barat tersebut.

Pengembangan skala bisnis

Bupati Marukan mengatakan budidaya tanaman gaharu sudah dimulai sejak beberapa tahun silam bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kementerian Kehutanan dalam bentuk pengembangan skala bisnis, dan kini sudah ditanam 721.723 batang (721 hektare), di samping yang ditaman masyarakat 20 batang/KK.

Gerakan menanam gaharu di kabupaten Lamandau merupakan gerakan bersama pemerintah daerah Lamandau, dunia usaha (skala bisnis) dan masyarakat yang berdomisili di daerah itu. Gerakan ini sudah dicanangkan dengan harapan semua masyarakat daerah itu menanami 20 batang gaharu setiap KK, kelompok tani gaharu, dan pada kegiatan penghijauan.

Bupati Marukan mengatakan prinsip yang ditumbuhkan dengan menanam gaharu berarti sudah mempersiapkan masa depan secara mandiri. Menanami gaharu sebagai "deposito", akan menjadi kenyataan beberapa tahun mendatang.

Upaya menanami kayu gaharu terinspirasi setelah dalam pertemuan "The Convention on International Trade in Endangered Spedes of Wild Flora and Fauna (Cites)", IX di Florida, Amerika Serikat pada 1994. Jenis gaharu "Aquilaria malaccensis", yang banyak tumbuh di Klimantan ikut dibahas dan dimasukkan ke dalam Appendix II Cites.

Kabupaten Lamandau dengan luas wilayahnya mencapai 751.600 hektare dan sebagian besar (sekitar 574.276 hektare) merupakan kawasan hutan ikut berupaya mencegah kepunahan gaharu Indonesia. Ini merupakan gerakan yang memberi keuntungan ganda, kayu gaharu selamat dari kepunahan dan warga masyarakat akan meningkat pendapatannya.

"Kami sudah menanami gaharu sejak beberapa tahun terakhir melalui gerakan penanaman 20 pohon setiap keluarga, dan bahkan setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan menanami 20 batang gaharu di pekarangan kantor masing-masing.

Ini salah satu upaya meningkatkan pendapatan masyarakat dan sekaligus menyelamatkan gaharu," kata Bupati Marukan.

Kabag Humas Setda Lamandau Imanuel, M. AP mengatakan, anjuran Bupati Marukan menanami pohon gaharu setiap warga itu dimaksudkan untuk menjadi simpanan jangka panjang bagi masyarakat guna memenuni kebutuhan hidupnya di masa mendatang. Gerakan menanam gaharu sebagai deposito mendapat sambutan positif masyarakat Lamandau.

"Jadi, menanami kayu gaharu yang diwajibkan Bupati merupakan upaya deposito sebagai persiapan masa depan. Dengan menanami kayu gaharu 20 batang berarti mereka sudah menyiapkan masa depan karena hasilnya signifikan beberapa tahun mendatang. Selama ini masyarakat kami sudah memiliki ATM setelah kebun karet dan kelapa sawit menghasilkan," katanya.



Peningkatan kesejahteraan

Penghasilan panen gaharu sekitar tiga-empat tahun mendatang diprediksi akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini sangat dimungkinkan karena kebutuhan pasar terhadap gaharu tidak pernah rendah, dan bahkan cenderung meningkat di masa mendatang.

Begitu juga dengan harga jualnya tidak pernah anjlok karena permintaan pasar tinggi, kata seorang masyarakat Thamrin.

Tingginya permintaan pasar terhadap kayu gaharu menurut Kelapa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lamandau Masrun karena pemanfaatannya kini semakin luas.

Gaharu di pedalaman pulau Kalimantan dan Sumatera dimanfaatkan pada acara ritual keagamaan, pengharum ruangan, bahan kosmetik, dan obat-obatan sederhana.

Pemanfaatan gaharu kini sudah berkembang. Gaharu digunakan untuk parfum, aroma terapi, sabun, body lotion, bahan obat-obatan yang memiliki khasiat sebagai anti asmatik, anti mikrobia, dan stimulan kerja syaraf serta pencernaan.

Gaharu yang beredar di pasar saat ini berasal dari alam. Belum banyak gaharu hasil budidaya masyarakat yang beredar di pasaran dalam dan luar negeri.

Banyak tumbuhan yang bisa menghasilkan gaharu dengan kualitas bervariasi, namun hanya beberapa jenis tumbuhan yang potensial menghasilkan gaharu berkualitas dan bernilai ekonomis dengan harga jual tinggi, yang diprediksi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti "Aquilaria spp, Aetoxylon sympetallum, Gyrinops, dan Gonystylus".

Masrun mengatakan, Indonesia dikenal sebagai negara penghasil gaharu di dunia karena memiliki lebih dari 25 jenis pohon penghasil gaharu yang tersebar di sejumlah provinsi. Berdasarkan sebarannya, tumbuhan penghasil gaharu terdapat di Kalimantan (12 jenis), Sumatera (10 jenis), Sulawesi (dua jenis), Nusa Tenggara (tiga jenis), Maluku (satu jenis), dan Papua (dua jenis).

Kini, jenis gaharu yang dikembangkan di kabupaten Lamandau adalah gaharu cemara. Jenis gaharu ini yang dibagikan pemerintah kepada masyarakat untuk dibudidayakan. Pemerintah daerah juga berupaya melestarikan jenis gaharu ini dengan membangun laboratorium pembenihan, penanaman, siap olah, kelompok tani, forum komunikasi gaharu, dan asosiasi gaharu.

"Ini salah satu upaya melestarikan. Semua ini kami lakukan untuk mempersiapkan Lamandau sebagai klaster penelitian gaharu Indonesia. Kami juga sudah membangun gedung laboratorium pengolahan gaharu untuk produksi inokulan, dan proses rekayasa produksi, di samping koperasi, showroom gaharu, dan jaringan pemasaran hasil produksi jangka panjang," katanya.

Apa yang sudah dan sedang dipersiapkan pemerintah kabupaten Lamandau bertujuan budidaya, dan sekaligus menjadikan daerah itu sebagai "Klaster Penelitian Gaharu Indonesia", yang diharapkan akan ditetapkan Kementerian Kehutanan pada saatnya nanti.

Pemerintah sudah menyiapkan langkah-langkah kea rah tersebut, tambah Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan itu.

Tanaman tumpang sari.

Kayu gaharu sebenarnya bagus manakala dijadikan tanaman tumpang sari yang ditanam di celah-celah tanaman lainnya seperti karet dan kelapa sawit. Gaharu akan tumbuh subur di antara pohon karet dan kelapa sawit seperti yang dilakukan seorang pemilik kebun karet Thamrin. Thamrin menanam sekitar 2.000 batang gaharu di celah-celah pohon karet.

Thamrin yang ditemui di kebun karet yang dipadukan dengan tanaman itu gaharu mengatakan, kayu gaharu yang ditanam sekitar empat-limat tahun silam tersebut tumbuh subur di kebun seluar sekitar dua hektare itu. Sebagian besar tanaman gaharu milik Thamrin sudah disuntik sehingga bau harumnya menyebar di sekitarnya.

"Kayu gaharu ini sudah berumur sekitar 4-5 tahun. Dalam hitungan dua tahun ke depan sudah bisa panen. Saya hanya tanam sekitar 2.000 batang di lahan seluas dua hektare. Saya tanam di celah-celah tanaman karet," katanya sambil menambahkan harga jualnya sekarang mencapai Rp30 juta/Kg dengan kualitas biasa, dan Rp50-Rp60 juta/Kg untuk kualitas baik.

Ini harga gaharu hasil budidaya. Harga jual gaharu alam lebih mahal. Beberapa waktu lalu pernah ada seorang pengusaha mancanegara yang menawarkan gaharu alam Rp900 juta/Kg, kata Thamrin sambil menambahkan, semua itu tergantung kualitasnya. Gaharu hasil budidaya dengan kualitas bagus juga mahal, yakni Rp50-Rp60 juta/Kg.

Tanaman gaharu kini menjadi komoditi bernilai tinggi di Indonesia, termasuk masyarakat kabupaten Lamandau. Hal ini tidak terlepas dari Bupati Marukan yang mencetuskan program gerakan menanam 20 batang gaharu dengan harapan dapat peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pada saatnya nanti Kabupaten Lamandau menjadi Klaster Penelitian Gaharu Indonesia.

Pemerintah daerah berupaya menyiapkan berbagai sarana dan prasarana untuk menjadikan daerah ini sebagai Klaster Penelitian Gaharu Indonesia, di samping meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.

Gaharu jenis cemara kini sudah ditanam jutaan batang di kabupaten Lamandau, sementara hasilnya akan dinikmati masyarakat tiga-empat tahun ke depan.

Dengan hasil panen 80 Kg/KK dan harga jual Rp30 juta/Kg, masyarakat akan mendapat penghasilan Rp2,4 miliar dan ini merupakan harapan baru bagi peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah tersebut.



(T.S019/B/Z003/Z003)