Danau Butong Berjuang Jadi Kawasan Konservasi Adat

id Kasriadi, Danau Butong Berjuang Jadi Kawasan Konservasi Adat

Danau Butong Berjuang Jadi Kawasan Konservasi Adat

Kasriadi

Kawasan Danau Butong yang terletak di kawasan Desa Butong Kecamatan Teweh Selatan Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah memiliki empat buah danau yakni Danau Solai (besar), Danau Nange (muara), Danau Dulan dan Danau Oge.

Luas kawasan yang memiliki keaneka ragaman hayati yang relatif lengkap, baik yang hidup di dalam air, di darat ataupun di udara berupa burung dan serangga ini sekitar 2.475 hektare.

Di kawasan tersebut juga ada kebun rotan Sedatu secara turun temuran oleh masyarakat Desa Butong dilindungi secara adat.

"Memang selama ini tidak ada ketetapan secara resmi dari pemerintah terkait ditetapkannya kawasan Danau Butong sebagai kawasan konservasi adat," kata Kepala Desa Butong Kecamatan Teweh Selatan, Ciptawan.

Selama ini masyarakat setempat hanya memberlakukan peraturan secara turun temurun untuk menjaga kelestarian kawasan Danau Butong yang masih kental dengan budaya leluhur, hal ini tampak dari kearifan lokal mereka dalam melakukan menjaga dan mengawasi kawasan tersebut.

Untuk menjaga kelestarian danau itu masyarakat secara spontan dan tidak ada perintah atau aturan secara tertulis, namun secara sukarela menjaga dengan mengawasi secara tidak langsung siapa saja yang masuk kawasan Danau Butong.

"Jadi selama ini kawasan danau tetap terjaga kelestariannya dijaga secara turun temurun warga setempat," ujar Ciptawan.

Untuk menjaga itu masyararakat desa membuat aturan yakni tidak ada kegiatan pembangunan atau lainnya dari pinggiran danau ke darat sepanjang tiga kilometer di sepanjang danau.

Kawasan Danau Butong memiliki keaneka ragaman hayati, baik flora maupun fauna. Beberapa jenis tanaman anggrek dapat dijumpai di kawasan ini, juga pohon-pohon langka masih tetap terpelihara dengan baik.

Tidak hanya itu, di kawasan ini juga terdapat berjenis-jenis tupai, kera dari yang kecil hingga yang terbesar, termasuk dalam hal ini binatang yang dilindungi undang-undang , yaitu Orang Utan. Di tempat ini dijumpai jenis kera hidung mancung, yaitu Bakantan selain kera hitam.

Upaya untuk menjadikan kawasan Danau Butong untuk dijadikan kawasan adat yang lebih memiliki status hukum diakui pemerintah daerah maupun dunia internasional terus dilakukan diantaranya oleh sebuah LSM yang peduli lingkungan setempat yakni Yayasan Barito Hijau dengan ketuanya Jonio Suharto.

"Kami (Yayasan Barito Hijau) dan masyarakat Desa Butong telah bersepakat melakukan langkah-langkah memperkuat status konservasi adat tersebut dengan menandatangani nota kesepahaman terkait itu pada akhir tahun 2013 lalu," kata Jonio Suharto.

Adapun peranan dari Yayasan Barito Hijau terbatas hanya pada upaya fasilitasi peningkatan status kawasan ini yang sekarang hanya memiliki status adat, nantinya diharapkan memiliki status hukum yang dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah atau minimal Peraturan Daerah.

Apalagi kawasan Danau Butong termasuk kawasan kebun rotan Sedatu-nya seluas kurang lebih 1.500 hektar atau sekitar 40 kilometer arah selatan dari Muara Teweh ibukota Kabupaten Barito Utara itu sudah secara turun temurun dilindungi oleh adat masyarakat setempat.

Selain harapan adanya dukungan Pemerintah, Yayasan Barito Hijau dengan jaringan yang dimilikinya akan melakukan kegiatan-kegiatan, antara lain pemetaan partisipatif, penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat, pelatihan bagi para nelayan dan masih banyak lagi program yang akan dilakukan bersama masyarakat setempat.

Guna pengembangan kawasan ini kedepan agar dapat lebih maju, Yayasan Barito Hijau sudah mengajukan sebuah proposal kepada WWF Indonesia untuk ikut membantu memfasilitasi masyarakat adat Desa Butong dalam memperjuangkan status kawasan ini.

Kawasan ini dilindungi berdasarkan kearifan lokal masyarakat adat setempat. Tidak semua orang boleh mengeploitasi danau tersebut tanpa ijin dari Ketua Adat dan Pemerintah Desa Butong.

Dari aspek budaya, masyarakat Desa Butong masih kental dengan budaya leluhur, hal ini tampak dari kearifan lokal mereka dalam melakukan konservasi terhadap kawasan ini. Mereka juga memiliki beberapa bentuk kesenian, berupa tarian, lagu (dongkoi) dan mereka juga tekun melakoni kerajinan berupa ukir-ukiran dan anyam-anyam yang unik dan khas.



Kawasan Eco Wisata

Selain itu secara bersinergi mengembangkan kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi adat, Yayasan Barito Hijau juga mengajak bersama masyarakat setempat kawasan Danau Butong menjadi tempat wisata alam (ecotuorism).

Bila dikembangkan dengan baik, kawasan ini memiliki prosfek yang menjanjikan untuk kawasan wisata alam, dengan kegiatan antara lain, wisata memancing (Fishing) dan lain-lain.

Semuanya harus dikemas dengan baik dan terarah. Untuk ini sudah tentu peranan pemerintah Kabupaten Barito Utara sangat diharapkan membantu, memberdayakan masyarakat sekitar kawasan ini.

"Kami berjuang bersama masyarakat dan pemerintah Desa Butong mewujud harapan tersebut, status tersebut adalah "Kawasan Eco Wisata", sehingga kawasan ini selain dapat mengembangkan potensi ekonominya secara optimal dalam rangka mensejahterakan masyarakat, juga jasa lingkungan dan peranan ekologinya terjaga dengan baik," ujar Jonio.

Salah satu acuan bagi Anda yang ingin menuju ke lokasi ini, adalah, sebaiknya Anda hubungi lebih dahulu Kelompok Pemuda Sadar Wisata setempat, Kepala Desa atau melalui Yayasan Barito Hijau,

Agar Anda mengetahui dengan pasti kondisi danau saat itu. Jika pada musim hujan, lama perjalanan menggunakan perahu bermotor kurang lebih setengah jam, selama perjalanan Anda akan terpesona dengan keindahan alam yang Anda lewati.

Anda dapat menyalurkan hoby Anda memancing ikan di kawasan ini, secara terbatas Anda diperbolehkan memancing disini, dengan ketentuan hanya untuk konsumsi sendiri dan ikan - ikan yang sedang bertelur dan ikan kecil yang terkena pancing Anda harus Anda dilepaskan agar mereka dapat berkembang biak.

Biaya untuk Anda dapat menikmati semua keindahan pesona alam Danau Butong tidak mahal, yaitu sewa kelotok (kapal bermotor kecil) untuk satu hari perjalanan Rp300.000, jasa satu pemandu Rp150.000, dengan total hanya Rp450.000,- saja per hari.

Jika Anda ingin bermalam tinggal nego dengan pemandu dan nelayan pemilik lanting yang ada di danau. Untuk bermalam jangan lupa Anda membawa sango secukupnya, obat anti nyamuk dan selimut. Perlu Anda ketahui, di kawasan danau tidak ada warung, semuanya harus disediakan sendiri.

Untuk mewujudkan itu memang sebelumnya masyarakat setempat juga sudah membuat jalan darat atau alternatif dengan jalan kaki dari Muara Sungai Butong menuju Danau Butong kalau air Sungai Barito surut bisa di lalui jalan kaki.

Jalan kaki menuju Danau Butong ini dengan jarak tempuh sekitar 15 menit dan sampai di Danau Solai di sekitar menuju danau itu sudah dibangun tempat jaga dan fasilitas tempat jaga dan tempat buang air kecil dan besar (WC).

"Namun fasilitas ini masih belum bisa dinikmati secara maksimal karena akses jalan menuju ini masih sulit dan hanya bisa dijangkau dnegan jalan kaki, kami berharap bantuan pemerintah daerah, kalau bisa akses jalan darat ini bisa dijangkau menggunakan kendaraan bermotor," kata Kepala Desa Butong, Ciptawan.



Air Danau Tercemar

Kawasan Danau Butong itu kini mulai tercemar air limbah tanah.Sebelumnya, air danau jernih. Namun, dalam beberapa tahun terakhir air Danau Butong mulai bawarna keruh atau kuning-kekuningan. Hal itu diperparah ketika hujan turun, air danau keruh.

Bahwa air hujan membawa lumpur atau tanah ke Sungai Botu, Desa Butong, Kecamatan Teweh Selatan yang mengalir ke Danau Butong. Akibatnya, di bagian utara Danau Butong terjadi pendangkalan yang sebelumnya timbunan pasir kini ditutup lumpur.

Tanah itu merupakan bahan material pembangunan jalan untuk angkutan tambang batu bara milik salah satu perusahaan tambang batu bara yang berada di sekitar kawasan danau.

"Tanah timbunan itu juga mengalir ke Sungai Drangen dari Desa Bintang Ninggi II juga ke Danau Butong," kata Kepala Desa Buntong, Ciptawan.

Akibat limbah tanah itu, menurut dia, air Danau Butong tidak sejernih dulu, bahkan untuk kebutuhan air minum dan masak, warga penghuni danau terpaksa mengambir air bersih di Sungai Akeh yang juga mengalir ke danau.

Danau Butong yang memilik empat danau itu yang airnya berasal dari Sungai Barito serta anak sungai lainnya selain Sungai Botu, Sungai Drangen, dan Akeh juga Sungai Dulan, Usung, dan Marahu.

Terkait dengan adanya pencemaran akibat limbah tanah dan material lainnya untuk pembangunan jalan tambang batu bara itu, Kepala Desa Butong itu mengatakan bahwa pihaknya sudah memberi tahu hal itu kepada pihak perusahaan pemegang izin perjanjian karya pengusaha pertambangan batu bara (PKP2B) tersebut.

Ia mengatakan bahwa perusahaan telah berupaya dengan membangun sarana sebagai penutup tanah agar tidak mencemari Danau Butong. Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil.

"Bisa dilihat kondisi air Danau Butong tetap keruh, apalagi saat hujan turun," ujarnya.

Sementara itu, Camat Teweh Selatan Eveready Noor yang berkunjung ke danau didampingi para kepala desa setempat mengatakan bahwa kondisi air Danau Butong sudah tidak jernih lagi.

"Untuk memeriksa kualitas air itu, beberapa sampel air danau kami bawa untuk diperiksa ke Badan Lingkungan Hidup Barito Utara," kata dia.

Pihaknya meminta adanya perhatian pemerintah daerah untuk menjaga kelestarian Danau Butong itu dari aktivitas perusahaan tambang maupun lainnya yang akan berdampak pada ekosistem danau.

"Pihak desa saya minta tetap menjaga kelestarian danau dengan kearifan lokalnya dan menjajaki potensi wisata ke danau itu guna mendukung pemerintah daerah dalam mengembangkan parawisata di daerah ini," kata Eveready Noor.

Ketua Yayasan Barito Hijau mengatakan kondisi airnya mulai keruh berbeda dengan kondisi 10 tahun lalu air disini selalu jernih.

Ini berarti telah terjadi perubahan lingkungan, di dalam air yang keruh tersebut terdapat larutan padat berupa lumpur atau tanah yang kemudian mengendap di permukaan danau, maka secara perlahan namun pasti akan menyebabkan terjadinya pendangkalan danau.

"Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah ekologis menyelamatkan Danau Butong dari pendangkalan. Salah satu langkah yang harus ditempuh adalah menghentikan sumber air keruh tersebut masuk ke Danau Butong," katanya.



Ikan Berkurang

Danau Butong yang dihuni sekitar 35 jiwa yang tinggal di atas 16 lanting (bangunan terapung) sebagai tempat budi daya ikan khas Sungai Barito atau ikan lokal setempat, di antaranya benangin, baung, haruan, tauman, patin keramba, dan jelawat, serta ikan lainnya.

Dulu di danau ini ada ikan komersial lainnya yang harganya relatif mahal, di antaranya arwana, bakut, dan belukuh. Namun, sekarang sudah tidak ada lagi.

"Kami tidak tahu kenapa sejumlah jenis ikan itu sudah tidak ditemukan lagi, bahkan potensi ikan juga mulai berkurang dibanding beberapa tahun lalu. Mungkin karena kualitas air danau yang mulai berubah," ujar Kepala Desa Butong, Ciptawan.

Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Barito Utara, Setia Budi mengatakan untuk mengantisipasi berkurangnya populasi ikan di Danau Butong itu pihaknya hampir setiap tahun melakukan peningkatan bibit atau restocking ribuan bibit ikan.

"Untuk tahun 2014 ini saja, kami akan menyebarkan benih khusus ikan jelawat ke Danau Butong sebanyak 30.000 ekor bibit dan bantuan satu unit lanting (bangunan terapung) untuk penjaga danau," katanya.

Tahun ini pemerintah Kabupaten Barito Utara, melakukan peningkatan bibit sebanyak 60.000 ekor benih ikan sungai di tiga danau di Kecamatan Teweh Selatan selain Danau Butong, juga Danau Trahean, Danau Trinsing dan kawasan perairan lainnya.

Puluhan ribu ekor ikan itu di antaranya nila, patin, jelawat dan ikan batok.

Selama ini populasi ikan di sejumlah danau yang airnya selain untuk kegiatan pertanian dan mencari ikan oleh masyarakat setempat memang masih banyak, namun hanya jenis ikan tertentu sehingga pemerintah akan menambah jenis ikan tersebut.

"Kami harapkan puluhan ribu ekor ikan ini dapat berkembang dengan baik," katanya.



(T.K009/B/Z003/Z003)