BLH Barito Utara Targetkan Buat 120 Biopori

id Biopori, BLH,

BLH Barito Utara Targetkan Buat 120 Biopori

Ilustrasi, (Istimewa)

Pembuatan ratusan lubang biopori ini untuk membuat daerah resapan air yang saat ini masih minim,"
Muara Teweh (Antara Kalteng) - Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, menargetkan pembuatan lubang resapan biopori sebanyak 120 lubang di sejumlah tempat.

"Pembuatan ratusan lubang biopori ini untuk membuat daerah resapan air yang saat ini masih minim," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Barito Utara, Tenggara Teweng, di Muara Teweh, Selasa.

Menurut Tenggaran, dengan makin berkurangnya areal resapan air serta dipicu dengan fenomena global warming (pemanasan global), suatu kawasan menjadi cepat banjir saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau.

Salah satu solusi untuk menambah daerah resapan air adalah dengan membuat lubang resapan biopori (LRB), yaitu lubang berbentuk silindris dengan diameter 10 sentimeter dan kedalaman 100 cm, kemudian pada lapisan atas dipasang pipa paralon sepanjang 30 cm sebagai penguat lubang, lalu mulut lubang resapan biopori disemen di sekelilingnya.

"Melalui biopori ini, diharapkan dapat mengatasi kawasan yang sering banjir saat musim hujan dan mengatasi kekurangan air saat kemarau karena selama ini tidak ada lagi air dalam tanah," katanya didampingi Kabid Penggendalian Kerusakan dan Pemulihan Lingkungan Naili Fasiha.

Untuk itu, kata Tenggara, BLH Kabupaten Barito Utara menargetkan pembuatan 120 biopori tersebar pada beberapa lokasi melalui program ruang terbuka hijau (RTH) pada tahun anggaran 2014.

Masing-masing lokasi terpasang 10 biopori di Muara Teweh, di antaranya di SDN-5 Melayu, SMPN 1 Muara Teweh, SMPN 2, SMAN 1, Bank Pembangunan Kalteng, Kantor Pelayanan Pajak Terpadu, BLH, Kantor Bupati, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, serta di Gedung DPRD dan Bappeda.

"Manfaat dari lubang resapan biopori, di antaranya memperbaiki ekosistem tanah; meresapkan air, terutama dari air hujan, sehingga tidak semuanya menjadi `run off` (air larian); mengatasi kekeringan; menambah cadangan air tanah; dan mengurangi emisi gas rumah kaca," kata dia.



(T.K009/B/D007/D007)