Aktivis Prihatin Kasus Foto Vulgar ABG Sampit

id Aktivis Prihatin Kasus Foto Vulgar ABG Sampit

Aktivis Prihatin Kasus Foto Vulgar ABG Sampit

Ilustrasi (Istimewa)

Sampit(Antara Kalteng) - Merebaknya foto vulgar seorang belia atau ABG yang diduga merupakan warga Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, membuat prihatin banyak pihak, termasuk kalangan aktivis di daerah setempat.

"Ini harus menjadi perhatian bersama khususnya para orangtua. Anak bertindak seperti itu juga karena kurangnya perhatian dan pengawasan kita sehingga mereka melakukan tindakan-tindakan di luar kewajaran," kata Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Lentera Kartini, Hj Forisni Aprilista di Sampit, Rabu.

Beberapa hari terakhir, masyarakat Sampit dihebohkan dengan beredarnya foto vulgar seorang gadis yang diduga warga Sampit. Foto yang muncul di akun jejaring sosial atas nama si pemilik foto tersebut langsung mendapat tanggapan dari masyarakat.

Ada kabar yang menyebutkan bahwa foto tersebut tersebar setelah telepon selular gadis itu hilang. Akun jejaring sosial di telepon tersebut yang diperkirakan masih aktif, diduga dibajak oleh seseorang, termasuk mengunggah foto vulgar itu.

Polres Kotim memberikan pernyataan lebih jauh tentang masalah ini, namun mereka menegaskan sedang menyelidikinya. Penyelidikan diarahkan pada siapa pelaku yang mengunggah foto yang menghebohkan masyarakat itu.

Terlepas tentang masalah hukum, Forisni mengaku sangat prihatin dengan kejadian ini. Aktivis perlindungan perempuan dan anak ini bahkan menduga ini merupakan fenomena gunung es yang harus menjadi perhatian serius semua pihak.

"Ini bisa saja ibarat fenomena gunung es. Beberapa tahun dulu kan juga ada kasus serupa. Makanya dalam setiap sosialisasi, kami selalu mengingatkan kepada para remaja putri untuk hati-hati. Jangan bikin foto yang aneh-aneh karena bisa mengundang masalah," ujarnya.

Orangtua diminta meningkatkan pengawasan dan memberikan pemahaman kepada anak-anak mereka, terlebih anak perempuan. Jangan sampai anak-anak merasa kurang diperhatikan sehingga mereka mencari hal-hal baru yang bisa saja melanggar aturan.

Orangtua sangat mengetahui bagaimana kondisi anak mereka karena banyak waktu yang dihabiskan bersama. Dengan pengawasan dan perhatian yang intens maka bisa meminimalisasi anak untuk berprilaku menyimpang.

Terkait penanganan masalah ini, saya meminta jangan sampai ada penghakiman. Penanganannya harus bersifat pembinaan, bukan hukuman. Jangan sampai korban itu menjadi terpuruk mentalnya karena beredarnya foto, ditambah penanganan yang tidak tepat, kata Forisni.



(T.KR-NJI/B/M019/M019)