Lithuania Akan Pasok Ukraina Dengan Bantuan Militer

id Lithuania Akan Pasok Ukraina Dengan Bantuan Militer, Lithuania

 Lithuania Akan Pasok Ukraina Dengan Bantuan Militer

Petro Poroshenko (ANTARA FOTO/REUTERS/Valentyn Ogirenko/ox/14.) (stimewa

Kiev (ANTARA News) - Lithuania akan memberikan Ukraina dengan beberapa bantuan militer untuk membantu memerangi separatis pro-Rusia di timur negara itu, kata Presiden Ukraina Petro Poroshenko, Senin.

Tidak jelas, namun, jika Lithuania mengikuti rekannya anggota NATO Amerika Serikat dalam memberikan peralatan militer tak-mematikan, atau memasok persenjataan.

Negara-negara NATO enggan mengambil risiko terseret ke dalam konflik dengan Rusia dengan mempersenjatai satu negara non-anggota.

"Kami telah menyepakati pasokan unsur-unsur konkret atas persenjataan untuk angkatan bersenjata Ukraina," kata Poroshenko setelah pembicaraan dengan Presiden Lithuania Dalia Grybauskaite.

"Ini adalah bantuan nyata," katanya dalam konferensi pers bersama.

Ditekan untuk rinciannya, Grybauskaite hanya mengatakan: "Ukraina akan menerima semua dukungan yang tersedia untuk Lithuania dan apa yang Lithuania miliki."

Ukraina telah ditekan negara-negara NATO untuk memberikan senjata untuk membantu mempertahankan diri terhadap serangan bersenjata oleh separatis yang didukung Rusia, sebelum gencatan senjata berlaku. Akibatnya, menimbulkan kerugian besar terhadap pasukan pemerintah dalam perjuangan mereka mempertahankan bagian dari Ukraina timur.

Wakil Presiden AS Joe Biden, di Kiev pekan lalu, menyuarakan dukungan yang kuat untuk Ukraina dalam konfrontasi dengan Rusia, tetapi tidak menawarkan bantuan militer tambahan, meskipun konsinyasi radar AS mampu menunjukkan dengan tepat asal tembakan mortir tiba.

Ditanya apakah Ukraina ingin bergabung dengan NATO, Poroshenko yang ingin mengadakan referendum dalam waktu beberapa tahun, mengatakan upaya untuk bergabung sekarang akan menyebabkan "lebih berbahaya daripada lebih baik".

Sebelum konfrontasi dengan Rusia, Ukraina menunjukkan sedikit ketertarikan untuk bergabung dengan NATO, namun konstitusi negara itu menentukan "non-blok", status tidak memihak.

Tetapi karena aneksasi Rusia atas Krimea pada Maret dan dukungan terbuka Moskow terhadap pemberontakan pro-Rusia, yang populer dukungan untuk bergabung dengan NATO kembali terangkat.

Satu survei yang dilakukan oleh kelompok jajak-pendapat "Rating" mendapati 51 persen responden mendukung dan 25 persen menentang.