Duka Masyarakat Kotawaringin Barat Untuk Korban AirAsia

id Duka Masyarakat Kotawaringin Barat Untuk Korban AirAsia, Norjani, AirAsia

Duka Masyarakat Kotawaringin Barat Untuk Korban AirAsia

Norjani Aseran (Istimewa)

Pangkalan Bun (Antara Kalteng) - Musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501 yang menimbulkan banyak korban menjadi duka bangsa Indonesia, tidak terkecuali bagi masyarakat di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Meski dipastikan tidak ada satu pun korban berasal dari Kotawaringin Barat, namun masyarakat di daerah ini tetap merasakan kesedihan atas musibah ini.

Apalagi, lokasi kejadian dan penemuan korban serta bangkai pesawat berada di perairan yang cukup dekat dengan daerah mereka.

Bendera merah putih dikibarkan setengah tiang sebagai simbol berkabung atas musibah tersebut. Masyarakat juga menunjukkan keprihatinan mereka seraya berdoa seluruh korban segera ditemukan.

Perayaan malam tahun baru di Pangkalan Bun yang biasanya semarak dengan hiburan dan kembang api, tidak seramai biasanya.

Tanpa membedakan latar belakang agama, masyarakat ramai-ramai menghadiri doa bersama di sejumlah tempat seperti di Bundaran Pancasila dan Pengurus Cabang (PC) Nahdlatul Ulama setempat untuk mendoakan korban AirAsia dan keluarga yang ditinggalkan.

Umat Islam serentak melaksanakan Shalat Ghaib di masjid-masjid, khususnya di Pangkalan Bun setelah Shalat Jumat.

Mereka mendoakan para korban diterima dan mendapat tempat mulia di sisi Tuhan, sedangkan keluarga korban diberi ketabahan dalam menerima cobaan ini.

Pesawat AirAsia QZ 8501 yang mengangkut 155 penumpang dan tujuh kru pesawat, hilang kontak di Selat Karimata, delapan menit setelah lepas landas dari Surabaya menuju Singapura pada Minggu (28/12/2014) pagi.

Sejak saat itu, masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat sudah mulai menduga tentang lokasi jatuhnya pesawat. Terlebih setelah perkiraan jalur yang dilalui pesawat berwarna merah putih itu melintasi perairan yang juga tidak jauh dari daerah mereka.

Ternyata benar, tepatnya pada hari ketiga pencarian (30/12/2014), tim sudah berhasil menemukan titik lokasi serpihan pesawat dan penumpang yang menjadi korban. Penemuan ini hasil penyisiran helikopter yang dipimpin oleh Pangkoops AU I, Marsekal Muda Agus Dwi Putranto, saat menuju Pangkalan Bun.

Namun sebelumnya, bisa jadi kesaksian sejumlah nelayan di daerah ini menjadi petunjuk penting dalam penemuan ini.

Beberapa nelayan yang sedang beraktivitas mengaku sempat melihat ada pesawat dengan ciri mirip pesawat AirAsia, terbang rendah menuju laut, bahkan ada pula nelayan yang mengaku sempat mendengar bunyi ledakan yang kemudian disusul asap putih mengepul terlihat dari kejauhan.

Kesaksian ini yang kemudian menggiring tim gabungan untuk memfokuskan pencarian di perairan dekat dengan Pangkalan Bun.

Terbukti, sejumlah jenazah dan serpihan pesawat terdeteksi pertama kali di perairan kawasan yang oleh masyarakat setempat disebut dengan Gosong Aling, tidak begitu jauh dari lokasi terakhir pesawat hilang kontak.

Sejak saat itu, pemerintah daerah bergerak cepat mempersiapkan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan, khususnya untuk evakuasi korban dan puing pesawat melalui Pangkalan Bun.

Ada dua jalur akses yang bisa digunakan yaitu Landasan Udara Iskandar Pangkalan Bun dan Pelabuhan Panglima Utar di Kecamatan Kumai.

RSUD Sultan Imanuddin pun disiapkan untuk tujuan evakuasi dan identifikasi awal jenazah. Koordinasi cepat lintas sektoral tanpa mengenal waktu dilakukan untuk mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi.

Ratusan petugas gabungan dari berbagai instansi langsung bersiaga di posko-posko yang didirikan di Landasan Udara Iskandar, RSUD Sultan Imanuddin, Pelabuhan Kumai, Pantai Kubu dan lokasi lainnya.



Panggilan Hati

Sedikitnya 60 ambulans milik rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas serta kesatuan lainnya disiagakan untuk evakuasi.

"Kami tidak berpikir dananya dari mana, pokoknya kita siapkan semuanya. Urusan bayarnya pakai uang dari pos mana, nanti kita urus. Yang penting kita harus segera membantu semaksimal mungkin untuk penanganan musibah ini," kata Bupati Kotawaringin Barat, H Ujang Iskandar.

Tidak sekadar menjadi penanggung jawab, tiap hari Ujang terlihat membantu tim yang bertugas di RSUD Sultan Imanuddin. Dia tidak sungkan masuk ke ruang Posko DVI Biddokkes Polda Kalimantan Tengah, tempat petugas melakukan identifikasi awal dan mempersiapkan jenazah untuk dikirim ke Surabaya.

Tanpa banyak diketahui anak buahnya, pagi-pagi sekali, Ujang sempat terlihat membantu mengepel bagian dalam lemari pendingin (cold storage) jenazah yang baru tiba di rumah sakit.

Alat bersuhu minus 20 derajat celsius dan berkapasitas 60 hingga 80 peti jenazah yang didatangkan dari Surabaya itu merupakan pinjaman dari salah satu perusahaan swasta untuk mengantisipasi banyaknya jenazah yang mungkin akan dievakuasi ke rumah sakit tersebut.

Kesibukan tanpa mengenal waktu juga dijalani hampir semua petugas yang membantu penanganan musibah ini di bidang masing-masing. Pagi, siang dan malam, untuk sementara mereka mengurangi waktu bersama keluarga, bahkan sebagian sudah berhari-hari tidak pulang ke rumah karena harus bersiaga.

Kesibukan juga terlihat di bagian belakang RSUD Sultan Imanuddin. Hanya dalam waktu satu malam, pekerja bekerja keras menyelesaikan paving block untuk memuluskan jalan sekitar 120 meter yang menjadi akses ke kamar jenazah.

Ini bukan seperti legenda menyelesaikan pembuatan seribu patung atau candi dalam satu malam, tetapi ini memang harus mereka lakukan karena paving block itu memang dibutuhkan segera.

Apalagi, sempat muncul pertimbangan bahwa posko Disaster Victim Identification (DVI) akan dipindah dari Jawa Timur ke Pangkalan Bun, sehingga RSUD Sultan Imanuddin harus dipersiapkan untuk itu.

Begitu pula dengan penyiapan 162 peti jenazah yang bisa selesai dalam waktu singkat. Padahal pembuatan peti khusus ini cukup rumit karena harus dilapis dengan alumunium dan karpet plastik atau perlak untuk mengcegah rembesan air dan keluarnya bau, mengingat kondisi jenazah yang ditemukan umumnya sudah mengalami pembusukan lanjut.

"Kami berterima kasih kawan-kawan yang membuat peti ini bekerja cepat siang dan malam. Kami pesan Selasa, ternyata Sabtu (3/1) sudah selesai semua dan siap digunakan. Peti pembuatannya lebih rumit karena harus sesuai standar," kata Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, dr Suyuti Syamsul.

Rasa kemanusiaan dan panggilan hati membuat semua orang ramai-ramai membantu penanganan musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501 sesuai dengan kemampuan dan bidang masing-masing.

Sejak mengetahui informasi dugaan jatuhnya pesawat tidak jauh dari perairan Pangkalan Bun, nelayan setempat ramai-ramai ikut melakukan pencarian. Mereka menggunakan perahu tradisional yang biasa sehari-hari mereka gunakan untuk mencari ikan.

Saat itu belum banyak kapal-kapal besar dan canggih yang tiba melakukan penyisiran. Namun terbatasnya kemampuan kapal ditambah tingginya gelombang yang mencapai lebih dari empat meter, penyisiran oleh kapal nelayan pun cukup terbatas.

"Masyarakat melakukan itu secara sukarela dan inisiatif mereka. Masyarakat kami juga turut merasakan kesedihan atas musibah ini. Makanya tanpa diminta pun, mereka sudah berinisiatif membantu, termasuk para penyelam tradisional juga sudah siap jika diizinkan membantu," kata Ujang Iskandar.

Saat tim gabungan melakukan pencarian menggunakan kapal-kapal besar pun, beberapa warga kerap dilibatkan karena mereka sangat mengenal perairan di sekitar lokasi penemuan korban dan puing pesawat nahas tersebut.

"Apa yang bisa kami bantu, akan kami bantu. Ini masalah kemanusiaan. Kami selalu siap membantu, kapan saja dibutuhkan," kata Ruslan, salah seorang warga yang pernah ikut tim gabungan melakukan pencarian melalui jalur laut.

Masyarakat Kotawaringin Barat berharap seluruh korban bisa ditemukan dalam kondisi apapun. Upaya dan doa terus dicurahkan masyarakat di daerah ini agar penanganan musibah ini segera selesai dan sesuai harapan semua pihak.



(T.KR-NJI/A/E011/B/E011)