Tingkat Partisipasi Pria Pada MKJP Rendah

id Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Enon F Lion

Tingkat Partisipasi Pria Pada MKJP Rendah

Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Palangka Raya, Enon F Lion. (FOTO ANTARA Kalteng/Ronny NT)

Palangka Raya (Antara Kalteng) - Tingkat partisipasi pria pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah dinilai masih rendah karena kurangnya pemahaman para lelaki terhadap program tersebut.

"Tingkat pemahaman kaum pria tentang dampak, fungsi, manfaat ketika laki-laki yang ber-BK masih kurang. Makanya sampai saat ini belum ada yang berminat," kata Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Enon F Lion di Palangka Raya, Senin.

Program MKJP pria ini berupa Metode Operasi Pria (MOP). Salah satunya dilakukan operasi pengikatan saluran sperma sehingga pria tidak bisa melakukan pembuahan kepada pasangannya.

"Hanya mengikat, sehingga mereka tidak bisa membuahi dan itu pun hanya bersifat sementara. Jadi jika mereka ingin membukanya bisa saja," kata Enon.

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Palangka Raya pada 2014 menargetkan MOP sebanyak 64 pria pada lima kecamatan, namun yang terealisasi belum maksimal.

"Itu yang menjadi rapor merah kami. Peserta MOP belum ada. Untuk itu ke depan kita akan lebih memberikan sosialisasi tentang dampak, efek, fungsi, dan manfaatnya bagi lelaki ber-KB," katanya.

Dia mengatakan, ini merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengendalikan jumlah pertumbuhan penduduk. Ini merupakan kegiatan yang tidak dipungut biaya bagi yang berpartisipasi dengan persyaratan yang tidak rumit.

"Program pemasangan dan pelepasan ini gratis. Prosedurnya, laporkan ke kami nanti kami akan urus semuanya. Kita akan rujuk ke dokter dan kami yang akan menanggung biayanya," kata Enon.

Ia mengatakan, bagi mereka yang mengikuti program, sebelum dilakukan operasi akan mendapatkan pendampingan sehingga peserta dapat berkonsultasi.

Jika program ini dilakukan langsung dengan dokter spesialis tanpa melapor ke pihaknya, ia menerangkan biaya yang dikeluarkan berkisar Rp3.000.000 setiap kali operasi.

"Selain itu untuk kesetaraan gender artinya jangan hanya wanita yang KB tetapi pria juga bisa. Misalnya jika wanita tidak cocok, sehingga setelah KB menjadi gendut atau apa, maka pasangannya yang kita imbau ber-KB," katanya.




(T.KR-RNA/B/S019/S019)