Remaja Kotim Sesalkan Pembiaran Kegiatan Hura-hura

id Remaja Kotim Sesalkan Pembiaran Kegiatan Hura-hura

Sampit (Antara Kalteng) - Remaja di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menyesalkan sikap pemerintah daerah membiarkan kegiatan hura-hura yang dinilai dapat memberi pengaruh negatif bagi generasi muda di daerah ini.

"Yang kami sesalkan, kenapa pemerintah pemerintah tidak ada menegur dan mengizinkan kegiatan seperti ini? Ini bertolak belakang dengan program pemerintah yang katanya agamis. Kegiatan yang merusak budaya lokal justru dibiarkan," tegas Koordinator Aliansi Pemuda Peduli Kotim, Ahmad Julianto di Sampit, Jumat.

Aliansi ini terdiri dari sejumlah organisasi pelajar dan mahasiswa seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia, Himpunan Mahasiswa Islam Cabang, BEM Akademi Kebidanan Muhammadiyah, BEM STKIP Muhammadiyah, Ikatan Pelajar SMK Muhammadiyah dan BEM Unda Sampit.

Mereka ramai-ramai datang ke Sekretariat Persatuan Wartawan Indonesia Kotim untuk menyampaikan aspirasi, diterima jajaran pengurus dipimpin Ketua, Dhonny Harjo Saputro. Mereka mengadu ke PWI karena gagal bertemu Bupati H Supian Hadi, Wakil Bupati HM Taufiq Mukri dan Sekretaris Daerah Putu Sudarsana.

Protes ini disampaikan mengkritisi sejumlah kegiatan belum lama ini yaitu colour run dan night run, serta ajang serupa yang akan digelar akhir pekan ini. Kegiatan hura-hura yang mengadopsi budaya barat ini dinilai sangat jelas tidak sejalan dengan budaya lokal serta diyakini akan membawa dampak negatif bagi generasi muda Kotim.

"Kami resah karena pemerintah daerah yang diharapkan sebagai filter, justru menutup mata padahal ini tidak sesuai visi misi agamis. Kami khawatir semua kegiatan hura-hura akan masuk ke Kotim karena dibiarkan. Kegiatan seperti ini juga menggerus kearifan dan budaya lokal kita," kata perwakilan HMI Cabang Sampit, Indra Jaya.

Muhammad Arif, perwakilan dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kotim, menolak keras kegiatan hura-hura dan menghambur-hamburkan uang. Dia meminta pemerintah daerah peduli dan menghentikan kegiatan-kegiatan yang dapat merusak moral generasi muda di daerah ini.

"Perempuan berpakaian seksi dan hura-hura seperti itu jelas bertentangan dengan ajaran agama manapun. Saya menyerukan kepada seluruh pelajar untuk tidak ikut kegiatan seperti ini. Lebih baik melakukan kegiatan positif untuk mengejar prestasi," ajak Muhammad Arif.

Saat ini pergaulan remaja di Kotim dinilai mulai memprihatinkan. Beberapa waktu terakhir sering ada konvosi remaja menggunakan atribut seperti simbol-simbol yang biasanya digambarkan sebagai sosok setan, seperti menggunakan tanduk berwarna merah dan lainnya.

Pemerintah daerah dan tokoh agama diminta tidak metutup mata terhadap degradasi moral yang terus terjadi seperti ini.