JK: Industri Sawit Bernilai dan Berharga

id sawit, insustri sawit, Jusuf Kalla

JK: Industri Sawit Bernilai dan Berharga

Seorang petani mengangkut hasil panen kelapa sawit di perkebunan warga. (FOTO ANTARA/Septianda Perdana)

Nusa Dua (Antara Kalteng) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai industri sawit bernilai dan berharga karena merupakan salah satu sumber dari "oil and fat" terbesar di dunia.

"Industri sawit bernilai dan berharga karena, pertama, kita tahu semua, minyak sawit salah satu sumber 'oil and fat' terbesar untuk kehidupan makanan di dunia ini," tutur Wapres dalam acara "Indonesian Palm Oil Conference" (IPOC) di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis.

Indonesia, ujar dia, merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia serta menjadi sektor yang memberikan pendapatan dan lapangan kerja terbesar kedua setelah padi.

"Itulah hal esensial kenapa sawit penting bagi perekonomian Indonesia, karena memberikan sumbangsih besar dalam pertumbuhan dan pendapatan masyarakat," ujar Kalla.

Untuk itu, menurut dia, naik turun, serta keberhasilan sawit sangat juga mempengaruhi pendapatan masyarakat pendapatan negara secara keseluruhan.

Kalla menuturkan ke depan kebutuhan sawit juga terus tumbuh sejalan dengan pertumbuhan populasi dan pendapatan, khususnya sebagai sumber pasar untuk industri makanan.

Selain sebagai sumber pangan dan energi serta memberikan penghidupan untuk masyarakat, ujar dia, sawit juga memberikan kontribusi besar terhadap devisa negara.

Untuk memfasilitasi pengembangan industri, pemerintah berencana membengun sejumlah pelabuhan di beberapa daerah agar kegiatan ekspor impor meningkat sehingga pendapatan devisa lebih besar.

Wapres mengatakan di pasar dunia, Indonesia dan Malaysia menghasilkan produksi sawit sebesar 90 persen dari total pasokan minyak sawit di dunia, sedangkan dunia memiliki kepentingan terhadap industri sawit yang berperan besar untuk pasokan pangan dan ekonomi dunia.

Dari sisi pemasukan devisa, minyak sawit merupakan penghasil devisa terbesar non-migas, yakni sebesar 21 miliar dolar AS pada 2014 atau 13,4 persen dari nilai total ekspor Indonesia.