Kalteng Siapkan 615 Jumantik Tanggulangi DBD

id Kalteng, Siapkan 615 Jemantik, Tanggulangi DBD, DBD, Zika, Rusdi

Kalteng Siapkan 615 Jumantik Tanggulangi DBD

Dokumentasi larva nyamuk Aedes aegypti berada di laboratorium Oxitec di Campinas, Brasil, Selasa (2/2). Menteri kesehatan Brasil mendesak negara Amerika Latin bekerja sama memerangi virus Zika. Gambar diambil Selasa (2/2). (REUTERS/Paulo Whitaker)

Kami berharap Pemerintah Kabupaten/Kota mengambil langkah serius untuk menanggulangi terus bertambahnya penderita DBD...."
Palangka Raya (Antara Kalteng) - Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah telah membentuk dan menyiapkan 615 Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota untuk mengantisipasi penyebaran nyamuk Aedes Aegypti sebagai upaya menanggulangi bertambahnya penderita Demam Berdarah Dengue di provinsi itu.

Penderita DBD di provinsi ini dari Januari hingga awal Februari 2016 mencapai 473 orang dan lima di antaranya meninggal dunia sehingga keberadaan pemantik sangat dibutuhkan, kata Kepala Seksi Bimbingan dan Penanggulangan Pencegahan Penyakit (Bimdal P2) Dinkes Kalteng Rusdi di Palangka Raya, Rabu.

"Jumantik yang sudah terbentuk itu di Kabupaten Sukamara 100 orang, Kotawaringin Barat 210 orang, Kotawaringin Timur 100 orang, Gunung Mas 12 orang, Kapuas 110 orang, Barito Selatan tiga orang dan Barito Utara 80 orang. Sedangkan Lamandau, Seruyan, Katingan, Palangka Raya, Murung Raya, Barito Timur dan Pulang Pisau," tambahnya.

Mengenai penyebaran penderita DBD di provinsi berjuluk "Bumi Tambun Bungai" itu, tertinggi berada di Kabupaten Seruyan mencapai 125 orang di susul Kapuas 116 orang, Palangka Raya 83 orang, Barito Timur 47 orang, Murung Raya 29 orang, Seruyan 15 orang dan Barito Selatan 12 orang.

Di Kabupaten Barito Utara penderita DBD berjumlah 12 orang, Kotawaringin Timur 11 orang, Sukamara sembilan orang, Pulang Pisau delapan orang, Gunung Mas tiga orang, Katingan tiga orang dan Lamandau tidak ada penderita DBD.

"Kami berharap Pemerintah Kabupaten/Kota mengambil langkah serius untuk menanggulangi terus bertambahnya penderita DBD. Terpenting itu, Pemerintah Kabupaten/Kota lebih gencar melibatkan warga sebagai jumantik, khususnya di wilayah yang belum ada jumantik," ucap Rusdi.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Kalteng Endang Sulastari Narang menyebut penyakit DBD ini berawal dari nyamuk Aedes Aegypti atau nyamuk rumahan, sehingga berkembangnya selalu di rumahan ataupun lingkungan.

Dia mengatakan, langkah Kementerian Kesehatan yang menghidupkan kembali program Juru Pemantau Jentik (Jumantik) sangat perlu mendapat dukungan dari semua pihak, termasuk masyarakat di provinsi ini.

Sebab, program jumantik sekarang ini lebih spesifik, yakni satu rumah satu jumantik dengan melibatkan keluarga masing-masing sebagai anggotanya, sehingga dengan sendirinya lingkungan terjaga dan perkembangan nyamuk Aedes Aegypti dapat dihentikan.

"Penyakit DBD tidak mengenal orang kaya atau miskin, sehingga diharapkan masyarakat berupaya mencegahnya. Caranya sangat sederhana, yakni pemberantasan sarang nyamuk di rumahnya masing-masing. Cukup mengurus rumahnya masing-masing dengan 3M (menguras, menutup dan mengubur tempat atau wadah yang menampung air)," demikian Endang.