Palangka Raya (Antara Kalteng) - Legislator Provinsi Kalimantan Tengah, mengungkapkan banyaknya petani-petani yang semula mata pencahariannya dengan cara menyadap karet, berkebun dan menanam padi, kini beralih menjadi penambang emas tanpa izin (PETI).
Banyaknya masyarakat beralih pekerjaan tersebut karena hasil dari sektor perkebunan dan pertanian dirasakan tidak mampu untuk mencukupi biaya hidup keluarga yang semakin hari semakin meningkat, kata Anggota Komisi B DPRD Kalteng, Ergan Tunjung di Palangka Raya, Rabu.
"Pilihan masyarakat untuk melakukan pekerjaan sebagai penambang emas merupakan jalan alternatif, karena dengan kondisi harga karet seperti saat ini, walau pun naik tetapi tidak seberapa. Itu juga tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan bulanan keluarga mulai dari sembako dan biaya pendidikan anak-anak mereka," kata Ergan.
Menurut dia, masyarakat ini mengabaikan bahwa melakukan PETI adalah salah karena akan berurusan dengan aparat hukum dan dalam jangka panjang menimbulkan kerusakan lingkungan, diantaranya air sungai yang kemudian hari tidak layak lagi dikonsumsi oleh masyarakat setempat.
"Kenyataan melanggar aturan itu seolah-olah tidak dihiraukan masyarakat, walau pun dampaknya tetap yang merasakannya adalah masyarakat juga," kata dia.
Lebih Lanjut dia menjelaskan, aparat hukum yang melakukan tugasnya dalam menangkap pelanggar hukum terkadang diliputi rasa bimbang, karena pihaknya mengetahui betul permasalahan yang terjadi pada masyarakat daerah itu.
Ia pun meminta, agar permasalahan itu menjadi perhatian bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota ke depan untuk mencari jalan keluar sehingga mata pencaharian masyarakat kembali pada pekerjaan semula yaitu disektor perkebunan dan pertaniaan.
"Kita akan koordinasikan itu dengan pemprov agar pabrik karet yang ada bisa dioperasikan sehingga harga karet yang melonjak naik bisa ikut dirasakan oleh masyarakat secara nyata dan benar. Mata pencaharian alternatif atau peti tadi juga ditingkatkan," kata dia.
Berita Terkait
600 rumah dan 14 ribu orang di Rusia dievakuasi akibat banjir
Kamis, 18 April 2024 15:01 Wib
Psikologis anak penting diperhatikan saat terapi diabetes
Kamis, 18 April 2024 14:58 Wib
Warga Jepang tuntut pemerintah hingga kompensasi Rp9 miliar terkait efek samping vaksin COVID
Kamis, 18 April 2024 14:56 Wib
Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia disambut gembira PBNU
Kamis, 18 April 2024 14:48 Wib
Mantan Bupati Bone Bolango ditahan terkait korupsi bansos
Kamis, 18 April 2024 14:45 Wib
Teras Narang sebut lima nama berpeluang maju di Pilkada Kalteng 2024
Kamis, 18 April 2024 14:44 Wib
Erupsi di Gunung Ruang Sulut, PVMBG keluarkan peringatan tsunami
Kamis, 18 April 2024 14:44 Wib
Menlu China temui Presiden Jokowi di istana
Kamis, 18 April 2024 14:40 Wib