Tongkang Pengangkut Batu Bara Dilarang Berlayar, Ini Penyebabnya

id Tongkang, Tongkang Pengangkut Batu Bara Dilarang Berlayar, Ini Penyebabnya

Tongkang Pengangkut Batu Bara Dilarang Berlayar, Ini Penyebabnya

Sebuah tongkang berlayar melinatas lanting (bangunan terapung) di Sungai Barito di Muara Teweh, Senin (21/3) (Foto Antara Kalteng/Kasriadi)

Muara Teweh (Antara Kalteng) - Debit air pedalaman Sungai Barito, Kalimantan Tengah di atas normal, sehingga Dinas Perhubungan melarang tongkang pengangkut batu bara dan kayu melewati Jembatan KH Hasan Basri di Muara Teweh.

"Mulai hari ini semua angkutan tambang dan kayu dilarang melewati jembatan karena permukaan air Sungai Barito di atas normal," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Lalulintas Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (LLASDP) pada Dinas Perrhubungan, Komunikasi dan Infromatika Barito Utara, M Nurdin, di Muara Teweh, Senin.

Sejumlah tongkang bermuatan batu bara maupun kosong sempat melintasi jembatan KH Hasan Basri pada akhir pekan lalu saat debit Sungai Barito normal, namun kini kembali dilarang berlayar.

Kenaikan debit air di pedalaman Sungai Barito itu akibat curah hujan tinggi, terutama di wilayah utara Kabupaten Murung Raya (Mura) dan sebagian lainnya karena air sungai meluap di kawasan Kabupaten Barito Utara.

Ketinggian air permukaan Sungai Barito pada Senin (25/7) siang tercatat 11,40 meter menunjukkan angka di atas normal sehingga tongkang dan kapal besar tidak bisa melintas di bawah jembatan sepanjang 270 meter yang dibangun pada 1990 itu.

"Untuk sementara transportasi sungai khususnya angkutan kapal bertonase besar yang bermuatan dari hulu ke hilir dihentikan sampai kondisi air sungai turun," kata Nurdin.

Ia mengatakan, sebagian besar angkutan kapal tunda (tugboat) dan tongkang batubara sudah berlayar sebelum ketinggian air Sungai Barito di atas normal.

Namun sejumlah tongkang bermuatan puluhan ribu ton batu bara milik perusahaan pemegang izin kuasa pertambangan (KP) dan pemegang izin perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) terpaksa bersandar di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito karena tidak bisa melewati jembatan.

"Sebagian tongkang masih ada tertahan di wilayah hulu, sebagian besar sudah lewat saat air belum naik," katanya.