RSUD Seruyan Kembangkan Inovasi Layanan Kefarmasian

id Seruyan RSUD Seruyan, Pemkab Seruyan, Bupati Seruyan, RSUD Kuala Pembuang, RSUD Seruyan Kembangkan Inovasi Layanan Kefarmasian

RSUD Seruyan Kembangkan Inovasi Layanan Kefarmasian

Ilustrasi (Istimewa)

Pelayanan dalam pengadaan obat-obatan yang sedang dikembangkan berdasarkan kebutuhan pasien atau variasi penyakit,"
Kuala Pembuang (Antara Kalteng) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, mengembangkan inovasi layanan kefarmasian untuk meningkatkan mutu pelayanan bagi pasien.

Direktur RSUD Kuala Pembuang Reson Rusdianto di Kuala Pembuang, Selasa, mengatakan inovasi peningkatan layanan kefarmasian dilakukan berdasarkan variasi penyakit.

"Pelayanan dalam pengadaan obat-obatan yang sedang dikembangkan berdasarkan kebutuhan pasien atau variasi penyakit," katanya.

Ia mengatakan berdasarkan pengalaman, selama ini pengadaan obat-obatan di RSUD Kuala Pembuang belum mengacu kepada jenis penyakit yang diderita pasien, akhirnya obat-obatan yang diadakan untuk setahun tidak semuanya mengatasi penyakit pasien.

"Karena pengadaan obat tidak mengacu pada kebutuhan atau variasi penyakit, maka tidak jarang obat yang seharusnya diperlukan pasien justru tidak tersedia," katanya.

Ia menjelaskan inovasi layanan kefarmasian berdasarkan variasi penyakit mempunyai banyak keunggulan yakni untuk meminimalisir pengadaan obat-obatan yang justru tidak terpakai.

"Kalau misalnya nanti penyakit A yang banyak diderita pasien, maka obat untuk penyakit tersebut akan diperbanyak persediaannya, jadi tidak ada obat yang tidak terpakai," katanya.

Ia menambahkan dengan memberikan porsi lebih banyak pada jenis penyakit pasien, maka punya stok obat yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan obat tahun depan atau paling tidak mampu mencukupi hingga triwulan II tahun berikutnya.

Kemudian, inovasi pengadaan obat berdasarkan jenis penyakit dapat mengefisienkan anggaran pengadaan obat-obatan dan bahan habis pakai RSUD sangat terbatas, yakni berkisar Rp2 sampai Rp3 miliar dalam setahun.

"Dengan inovasi ini maka mekanisme perencanaan dalam pengadaan obat akan lebih terarah dan terukur dan pelayanan khususnya dibidang kefarmasian akan semakin baik," katanya.