Syukur! Warga Batu Ampar Pengedar Sabu Ditangkap Polisi

id seruyan, warga desa sandul batu ampar, polres seruyan, pengedar sabu

Syukur! Warga Batu Ampar Pengedar Sabu Ditangkap Polisi

Tersangka BUD warga Desa Sandul Kecamatan Batu Ampar mengenakan pakaian orange saat ditahan di Polres Seruyan berserta barang bukti sabu, zenith, serta uang hasil penjualan narkoba. (Foto Antara Kalteng/Fahrian A.)

Kuala Pembuang (Antara Kalteng) - Kepolisian Resor Seruyan, Kalimantan Tengah menangkap seorang warga desa diduga bertindak sebagai pengedar narkoba jenis sabu.

"Tersangka pengedar sabu yang berhasil kita tangkap berinisial BUD (38) warga Desa Sandul, Kecamatan Batu Ampar," kata Kasat Reskrim Polres Seruyan Ajun Komisaris Polisi (AKP) Triyo Sugiyono di Kuala Pembuang, Jumat.

Ia menjelaskan penangkapan tersangka diawali informasi dari masyarakat yang menyebutkan adanya peredaran narkoba di Desa Sandul berada di hulu Seruyan.

"Menindaklanjuti informasi masyarakat itu, lalu kita mengirimkan tim untuk melakukan penyelidikan di desa bersangkutan," katanya.

Selama beberapa hari melakukan penyelidikan di Desa Sandul, akhirnya petugas berhasil mengungkap peredaran sabu yang dilakukan oleh tersangka BUD.

"Pada Kamis (15/12) kita akhirnya menangkap BUD di kediamannya di Desa Sandul," katanya.

Dari hasil penggeledahan di rumah tersangka, petugas menemukan barang bukti 18 paket sabu siap edar dengan total berat 5,4 gram, lima bungkus dan sembilan keping pil koplo jenis Carnophen atau Zenith serta uang Rp300 ribu yang diduga hasil penjualan narkoba.

Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, BUD yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kayu ini harus mendekam di tahanan Mapolres Seruyan, dan akan dijerat dengan pasal 112 Junto pasal 114 ayat (1) Undang-Undang (UU) Nomor 35/2009 tentang Narkotika dengan ancaman 20 tahun penjara.

Sementara, BUD mengaku mendapat pasokan narkoba dari salah seorang teman dari kabupaten lain dengan harga Rp250 ribu untuk setiap paket kecil sabu. Selanjutnya paket kecil sabu ia jual seharga Rp300 ribu.

"Yang beli biasanya warga sekitar desa saja," katanya.

Bapak dua anak ini mengaku nekad berjualan sabu karena sulitnya mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ia pernah mencoba beberapa kali melamar pekerjaan di perusahaan perkebunan namun selalu ditolak oleh perusahaan.

"Akhirnya saya jualan sabu, dan itu sudah saya lakukan selama enam bulan terakhir," katanya.