Nilai Tukar Petani Kalteng Naik 0,43 Persen

id kalimantan tengah, petani kalteng, NTP kalteng, petani

Nilai Tukar Petani Kalteng Naik 0,43 Persen

Ilustrasi - Petani desa Bapeng, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah sedang panen padi. (FOTO ANTARA Kalteng/Untung Setiawan)

Palangka Raya (Antara Kalteng) - Badan Pusat Statistik mencatat nilai tukar petani di Provinsi Kalimantan Tengah pada Desember 2016 sebesar 98,81 persen atau naik 0,43 persen dibandingkan November 2016 yang hanya 98,38 persen.

Secara umum kenaikan ini dipengaruhi indeks harga diterima petani sebesar 1,83 persen atau relatif lebih tinggi dari yang harus dibayar 1,31 persen, kata Kepala BPS Kalteng Hanif Yahya di Palangka Raya, Kamis.

"Kenaikan itu juga dipengaruhi menguatnya nilai tukar pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,45 persen, hortikultura 0,51 persen, dan peternakan 0,06 persen," tambahnya.

Nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) di Kalteng juga mengalami kenaikan sebesar 1,27 persen, yakni dari 105,38 persen pada November 2016 menjadi 106,65 oada Desember 2016.

Walau NTP dan NTUP mengalami kenaikan, perubahan indeks harga kebutuhan konsumsi di pedesaan justru terjadi inflasi sebesar 1,27 persen pada Desember 2016.

"Kondisi ini dipengaruhi meningkatnya harga pengeluaran konsumsi rumah tangga pada kelompok bahan makanan sebesar 2,26 persen, kelompok kesehatan 0,78 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,69 persen, serta lainnya," ucap Hanif.

Laju inflasi hingga Desember 2016 di Kalteng tercatat 2,88 persen didominasi tingginya tingkat inflasi enam kelompok pengeluaran, yakni makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 6,10 persen, kesehatan 4,76 persen bahan makanan 3,55 persen, sandang 3,22 persen, perumahan 2,98 persen, serta pendidikan, rekreasi dan olahraga 2,03 persen.

Dibandingkan dengan tingkat inflasi Desember 2015, Provinsi Kalteng juga terjadi inflasi sebesar 2,88 persen. Secara umum dipengaruhi kelompok pengendali tingkat inflasi masih sama, yakni didominasi enak kelompok tersebut.

"Selama tahun 2016, tingkat inflasi tertinggi terjadi di Desember 2016 yakni sebesar 1,27 persen, dan terendah pada September yakni 0,19 persen. Sedangkan untuk deflasi tetinggi pada Oktober 2016 yang mencapai 0,65 persen," demikian Hanif.