Wasekjen PDIP: Ada Operasi Politik Adu Domba dan Sebar Fitnah, Ini Penjelasannya

id pdip, wasekjen pdip, ahmad basarah, politik adu domba, berita hoax

Wasekjen PDIP: Ada Operasi Politik Adu Domba dan Sebar Fitnah, Ini Penjelasannya

Ahmad Basarah. (MPR RI)

Jakarta (Antara Kalteng) - Wasekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ahmad Basarah mencium adanya upaya fitnah dan adu domba yang ditujukan kepada partainya dan umat Islam.

"Tujuan operasi politik tersebut pasti bertujuan menghancurkan NKRI karena kalau golongan Islam dan Nasionalis berperang pasti yang akan hancur adalah NKRI," kata Basarah, di Jakarta, Rabu.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membuat berita bohong yang merugikan mantan Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno. Tedjo diberitakan dalam sebuah tulisan di media mengkritik pidato Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di HUT PDIP ke-44 pekan lalu. Padahal, Tedjo mengaku sama sekali tidak pernah bicara demikian.

"Menggunakan isu SARA sebagai bentuk nyata adanya operasi politik untuk mengadu domba antara PDIP dan umat Islam," kata Basarah.

Ia pun mengisahkan sejarah politik adu domba jaman Belanda. Politik adu domba ini yang dinilai Basarah sedang dimainkan oleh pihak tertentu untuk memecah belah rakyat terutama dengan PDIP.

"Situasi ini mirip jaman kolonial dulu di mana politik 'devide et impera' atau politik pecah belah kekuatan bangsa Indonesia dipraktikkan oleh kaum penjajah asing yang tujuannya agar kekayaan bangsa Indonesia dapat mereka kuasai," tegas Basarah.

Oleh karena itu, ia mengimbau kepada segenap komponen bangsa yang mencintai keutuhan NKRI agar terus meningkatkan kewaspadaan dan sikap siaga untuk menghadapi segala kemungkinan demi mempertahankan NKRI yang berdasarkan Pancasila.

Mantan Menkoplhukam Tedjo Edhi Purdijatno mengaku menjadi korban fitnah dari pemberitaan di media sosial. Dalam tulisan itu, Tedjo menanggapi negatif pernyataan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri saat pidato di HUT PDIP ke 44 pekan lalu. Tedjo mendesak Megawati minta maaf pada umat Islam.

Tedjo menegaskan, tak pernah membuat tulisan atau mengomentari pidato Megawati. Menurut dia, ada upaya memecah belah hubungannya dengan Megawati.

"Saya menyesalkan adanya pihak-pihak tertentu yang secara sistemik menggunakan nama saya dengan isu SARA. Dengan ini saya menyatakan bahwa tulisan tersebut adalah fitnah dan tidak pernah saya buat, yang tentunya dapat membuat hubungan baik saya dengan ibu Mega menjadi tidak baik," ujarnya.