Sampit (Antara Kalteng) - Anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Rudianur meminta Perusahaan Air Minum Daerah Dharma Tirta Sampit untuk mengantisipasi terjadinya krisis air bersih di wilayah selatan.
"Perlu antisipasi dini masalah krisi air bersih di daerah selatan Kotawaringin Timur, sebab tahun ini diperkirakan kemarau akan terjadi cukup lama, yakni akan berlangsung selama tujuh bulan," katanya di Sampit, Rabu.
Rudianur mengatakan, ancaman krisis air bersih di wilayah selatan Kotawaringin Timur perlu penanganan dan persiapan yang serius, sebab jika prediksi kemarau panjang benar terjadi maka masyarakat di daerah itu akan kesulitan mendapatkan air bersih.
Selain PDAM, pemerinrtah daerah juga diminta untuk mempersiapkan dari sekarang ancaman krisi air bersih tersebut.
Menurut Rudianur, banyak dampak yang akan menimpa masyarakat yang tinggal di daerah itu akibat dari krisis air bersih tersebut, terutama munculnya berbagai jenis penyakit menular, seperti muntaber.
Dengan adanya antisipasi sejak dini oleh semua pihak diharapkan krisis air tersebut tidak berdampak buruk terhadap masyarakat.
"Krisi air bersih di wilayah selatan sudah sering terjadi, bahkan hampir setiap tahun. Untuk itu semua pihak bisa belajar dari kejadian sebelunya," katanya.
Rawannya krisis air bersih di daerah itu karena wilayah selatan Kotawaringin Timur merupakan berada di pesisir, sehingga air laut mudah masuk saat terjadi kemarau. Kondisi itu lah yang membuat krisis listrik.
Di wilayah selatan yang rawan terjadi krisi air bersih sedikitnya ada empat kecamatan, yakni Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Pulau Hanaut dan Teluk Sampit.
"PDAM memang ada di wilayah itu, namun terakhir informasi yang saya terima air sungai Ramban sebagai bahan baku tercemar oleh bahan kimia, seperti pupuk dan pestisida perusahaan sawit yang beroperasi di wilayah itu," katanya.
Rudianur mendesak dinas teknis dan instansi terkait untuk mengecek kondisi air sebagai bahan baku PDAM tersebut, sebab apabila benar hal itu tentunya akan membahayakan masyarakat yang mengunsumsinya.
Berita Terkait
Puncak arus balik di Pelabuhan Sampit, penumpang turun capai 1.557 orang
Sabtu, 20 April 2024 19:10 Wib
BKSDA Sampit terima bayi kelasi hasil penyelamatan warga
Sabtu, 20 April 2024 19:00 Wib
Bupati Kotim jadikan halal bihalal sarana mempererat kebersamaan dengan masyarakat
Sabtu, 20 April 2024 18:39 Wib
Wisata pantai di Kobar sumbang pemasukan Rp250 juta selama libur Lebaran
Sabtu, 20 April 2024 16:56 Wib
BMKG: Kotim memasuki pancaroba, waspada perubahan cuaca
Sabtu, 20 April 2024 16:41 Wib
Wabup Kotim kecam tindakan asusila terhadap dua anak kandung
Jumat, 19 April 2024 21:14 Wib
DPRD minta Pemkab Kotim dampingi korban asusila di bawah umur
Jumat, 19 April 2024 19:29 Wib
RSUD SI Kobar terus tingkatkan fasilitas kesehatan
Jumat, 19 April 2024 17:47 Wib