Kabupaten Seruyan Perlu Miliki SPBE

id Seruyan, Bupati Seruyan, Sudarsono, SPBE, Stasiun Pengisian Bulk Elpiji

Kabupaten Seruyan Perlu Miliki SPBE

Foto Ilustrasi - (Ist)

Kuala Pembuang (Antara Kalteng) - Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah perlu memiliki Stasiun Pengisian Bulk Elpiji seiring meningkatnya pengguna gas elpiji di kabupaten tersebut.

"Ke depan Seruyan memang harus memilki SPBE sendiri, sehingga tidak harus menunggu suplai dari daerah lain," kata Bupati Seruyan Sudarsono di Kuala Pembuang, Minggu.

Ia menjelaskan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk daerah, konsumsi elpiji di Seruyan hampir dipastikan terus meningkat.

Pada 2016 lalu tercatat pengguna gas elpiji baik pedagang maupun rumah tangga di Seruyan sudah mencapai 23 ribu, dan kini diperkirakan jumlah diperkirakan sudah mencapai 25 ribu lebih tersebar di sepuluh kecamatan yang ada.

Walaupun jumlah pengguna gas elpiji sudah cukup besar. Namun, kabupaten yang terbentuk tahun 2002 lalu itu masih menggantungkan suplai elpiji dari Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Bahkan sebelum adanya SPBE di Kotim, kebutuhan elpiji Seruyan disuplai dari Pulau Jawa.

"Keberadaan SPBE sangat diperlukan untuk menjamin suplai elpiji di masyarakat dapat terpenuhi dengan baik. Termasuk menjamin kelancaran distribusi elpiji ke pangkalan-pangkalan yang ada di kecamatan," katanya.

Menurut orang nomor satu di "Bumi Gawi Hatantiring" ini, untuk jangka panjang pihak terkait seperti PT Pertamina perlu merencanakan pendirian SPBE dari sekarang, karena proses pendidikan SPBE memerlukan waktu dan proses yang cukup panjang.

"Kami dari pemerintah juga akan mencoba untuk membicarakan hal ini dengan investor yang mau berinvestasi di sektor tersebut, dan kami dari pemerintah tentu akan mendukung serta mendorong dari sisi perizinan selama itu untuk kepentingan masyarakat," katanya.

Di lapangan, selama ini distribusi dan harga elpiji subsidi di Seruyan cenderung stabil. Harga jual elpiji tiga kilogram di tingkat agen Rp20.000 ribu per tabung.

Meskipun tidak berlangsung lama, namun pada waktu-waktu tertentu, misalnya ketika distribusi terlambat, harga jual naik menjadi Rp21.000-22.000 per tabung.