Perayaan Valentine Day Jangan Disalahartikan

id DPRD Palangka Raya, Valentine Day, Nenie A Lambung, Valentine Day Jangan Disalahartikan

Perayaan Valentine Day Jangan Disalahartikan

Foto Ilustrasi - (paper4pc.com)

Palangka Raya (Antara Kalteng) -  Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, mengingatkan kepada para kaum muda untuk tidak menyalahartikan hari kasih sayang (Valentine Day) dengan melakukan tindakan yang negatif.

"Saya minta masyarakat khususnya kaum muda-mudi lebih memaknai secara universal tentang hari kasih sayang itu dengan hal yang positif, bukan dengan sebaliknya," kata Ketua Komisi B DPRD Palangka Raya, Nenie A Lambung di Palangka Raya, Selasa.

Ia mengatakan, perilaku mengasihi dan menyayangi tidak harus dilakukan pada setiap Valentine Day yang jatuh pada 14 Februari saja, tetapi bisa diwujudkan setiap hari.

Misalnya, kata Nenie, seorang suami menunjukkan kasih sayang yang tinggi kepada istrinya, anak menunjukkan rasa bakti yang istimewa kepada orang tuanya saat momen itu tiba.

Sehingga momen tahunan itu bisa dijadikan tradisi di kalangan masyarakat "Kota Cantik" Palangka Raya khususnya kaum muda lebih mengarah ke sisi positif bukan negatif.

Politikus PDIP itu juga mengakui masih ada oknum tertentu yang menyalahartikan Valentine Day dengan mengarah ke sisi negatif dan mengambil kesempatan momen tersebut dengan berbuat yang tidak semestinya.

"Secara pribadi saya tidak mempersoalkan generasi muda yang merayakan Valentine Day. Asalkan, perayaan Valentine Day tidak berimplikasi pada hal-hal yang melanggar aturan dan norma. Sepanjang wujud dan implementasi makna kasih sayang itu positif, menurut saya sah-sah saja," tandas Nenie.

Warga Jalan Diponegoro, Wilna mengatakan tidak ada hal spesial pada Valentine Day, sebab kasih sayang bisa diwujudkan setiap hari.

"Saya menilai Valentine Day bukan tradisi dan budaya bangsa Indonesia. Namun tradisi orang luar negeri yang diikuti seluruh dunia sebagai hari kasih sayang," katanya.

Menurut dia, bangsa Indonesia memiliki banyak tradisi dan budaya luhur yang berakar pada nilai dan norma agama yang menjadi jati diri bangsa, tidak semua kebiasaan yang berasal dari luar sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.

"Hal Inilah yang harus dijaga dengan baik. Untuk itu perlu adanya kesadaran masyarakat yang seutuhnya," katanya.