Ya Ampun! ASN Penghina Beras Lokal Tidak Paham Semangat Membangun Daerah?

id Kotawaringin Timur, Kotim, Sampit, ASN Hina Beras Lokal, Penghina Beras Lokal, Bupati Kotim, Supian Hadi, I Made Dikantara, Dinas Pertanian Kotim

Ya Ampun! ASN Penghina Beras Lokal Tidak Paham Semangat Membangun Daerah?

Kepala Dinas Pertanian Kotawaringin Timur I Made Dikantara (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antara Kalteng) - Oknum aparatur sipil negara yang menghina beras lokal Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dinilai tidak paham semangat kebersamaan dalam membangun daerah, kata seorang pejabat di daerah itu.

"Kalau penilaian atau tidak suka itu wajar, tapi kalau sampai menghina itu sudah keterlaluan. Apalagi itu dilakukan oleh seorang ASN. Itu benar-benar sangat tidak patut," kata Kepala Dinas Pertanian Kotawaringin Timur I Made Dikantara di Sampit, Rabu.

Made mengomentari masalah adanya oknum ASN di sejumlah instansi yang menghina kualitas beras siam epang yang merupakan beras asli lokal. Made sangat menyayangkan ada ASN yang berpikiran sempit seperti itu.

Keputusan Bupati H Supian Hadi bersama Dinas Pertanian yang gencar mempromosikan beras lokal, bertujuan untuk mendorong bangkitnya para petani. Tingginya penyerapan beras lokal oleh masyarakat diharapkan berdampak baik terhadap peningkatan kesejahteraan petani di Kotawaringin Timur.

Imbauan agar ASN membeli beras lokal, bukan semata masalah jual beli. Dampak yang diharapkan justru lebih besar, yakni munculnya rasa kebersamaan, khususnya memberdayakan dan mendorong petani lokal dengan membeli hasil pertanian mereka.

"Masa membantu membeli satu sak isi lima kilogram dengan harga Rp55 ribu saja ASN tidak bisa? Padahal mereka sekali makan di restoran saja menghabiskan uang lebih dari itu. Ini bukan semata membeli beras, tapi semangat kita bersama-sama membantu petani," kata Made.

Made menegaskan, beras siam epang merupakan kebanggaan daerah yang kini diakui secara nasional. Beras jenis ini sudah mendapat sertifikat dari Kementerian Pertanian dan siap diperkenalkan secara nasional.

Beras siam epang memiliki banyak keunggulan dibanding padi jenis lain. Diantaranya, harga jualnya tinggi, produktivitasnya tinggi, tahan hama penyakit tikus, tahan kekeringan dan tahan air asin.

Masyarakat Kotawaringin Timur, khususnya ASN seharusnya bangga dengan padi atau beras siam epang karena memiliki banyak keunggulan, bukan malah menghina. ASN justru harus membantu mempromosikan karena dampaknya sangat membantu mengangkat kesejahteraan petani lokal.

"Petani kita sedang semangat-semangatnya meningkatkan pertanian. Bupati dan kami di Dinas Pertanian juga gencar membantu mempromosikan. Tapi dengan adanya tindakan penghinaan itu bisa membuat semangat turun dan menjadi hambar. Saya sangat menyesalkan ada ASN yang bertindak seperti itu. Mungkin dia khilaf. Kita doakan mudahan segera sadar," ucap Made.

Selama ini, beras siam epang juga diserap pembeli di Palangka Raya dan Banjarmasin Kalimantan Selatan. Serapan siam epang oleh ASN Kotawaringin Timur hanya sekitar lima persen.

Nasi dari beras siam epang memang sedikit kering. Namun untuk memenuhi permintaan lain, petani juga menanam padi jenis batang gadis yang menghasilkan nasi pulen seperti beras yang umumnya didatangkan dari pulau Jawa.

Ketua Pemuda Tani Kecamatan Teluk Sampit, Abdur Rasid mengatakan, petani sangat kecewa dengan penghinaan oleh sejumlah oknum ASN. Ini berdampak terhadap semangat masyarakat dalam meningkatkan produksi beras siam epang.

"Oknum ASN itu tidak sadar bahwa penghinaan itu telah melukai ribuan petani yang selama ini menggantungkan hidup dari penjualan beras siam epang. Tindakan itu benar-benar mengecewakan," kata Rasid.

Rasid mengatakan, pemasaran beras siam epang dengan kemasan sejak Oktober 2016 lalu, menunjukkan dampak positif bagi masyarakat. Terjadi penyerapan tenaga kerja cukup signifikan terhadap kaum laki-laki dan ibu-ibu setempat.

Sebelumnya petani hanya menjual dalam bentuk gabah sehingga keuntungan justru banyak dinikmati tengkulak. Kini petani menjual beras dalam bentuk kemasan dan mulai dirasakan keuntungannya bagi masyarakat. Petani berharap masyarakat membeli beras lokal karena kualitasnya bagus dan harga lebih murah.