Ilmuwan Uji Perangsangan Otak Untuk Penderita "Anoreksia"

id Anoreksia, Ilmuwan Uji Perangsangan Otak

Ilmuwan Uji Perangsangan Otak Untuk Penderita "Anoreksia"

Profesor Adres Lozano, guru besar ilmu syaraf dari Universitas Toronto, Kanada (youtube.com)

London (Antara Kalteng) - Penelitian kecil terhadap 16 penderita anoreksia parah menghasilkan bukti baru bahwa penanaman elektroda sebagai perangsang ke otak pasien dapat mengurangi kecemasan dan membantu mereka menaikkan berat badan.

Anoreksia adalah suatu penyakit dimana seseorang membiarkan dirinya sendiri kelaparan karena merasa tubuhnya terlalu gemuk dan berat badannya berlebih.

Ilmuwan menemukan bahwa dalam penderita tingkat tinggi anoreksia, teknik mereka -yang dikenal dengan "Perangsangan Otak Dalam" (DBS)- dapat dengan mudah membantu banyak pasien dalam penelitian mengurangi gejala kecemasan dan depresi, juga meningkatkan mutu hidup.

Dalam beberapa bulan mendatang, gejala psikologi tambahan dapat mengubah berat badan, dengan rata-rata indeks berat badan (BMI) dalam kelompok meningkat 3,5 angka menjadi 17,3 selama kajian berlangsung, kata ilmuwan itu.

Anoreksia termasuk penyakit gangguan makan, yang dialami 0,5 persen orang di seluruh dunia, yang kebanyakan dialami remaja. Penderitanya memiliki baku mutu tersendiri terhadap berat badan, bentuk dan ukurannya, serta terus membiarkan diri kelaparan untuk menurunkan berat badan sesuai ukuran mereka.

Anoreksia kronis bisa berakibat fatal dan di banyak kasus mengakibatkan gangguan kesehatan parah misalnya, kelemahan tulang dan otot, masalah seksual dan masalah jantung hingga kejang.

Ilmuwan dalam penelitian itu menerbitkan jurnal melalui majalah "The Lancet" terbitan Jumat, dengan mengatakan menyarankan DBS, yang mampu merangsang area otak pengendali tingkah laku abnormal, sehingga dapat mengubah sirkuit otak yang menyebabkan Anoreksia.

DBS telah digunakan untuk merangsang sirkuit otak bagi penderita Parkinson dan kejang. Teknik ini juga menunjukkan hasil yang sangat efektif untuk mengurangi gejala-gejala penyakit tersebut.

Dalam uji itu, ilmuwan memilih sebanyak 16 wanita berumur antara 21 dan 57 tahun yang menderita Anoreksia sejak lama yaitu rata-rata 18 tahun dan di antaranya dengan berat badan tidak normal, yaitu rata-rata BMI 13,8.

Mereka dipilih karena tidak ada pengobatan yang berhasil dan nyawa mereka terancam karena penyakit tersebut. Ukuran rata-rata berat badan yang sehat dalam skala BMI adalah 18,5 hingga 24,9.

Dengan membandingkan pemindaian otak sebelum dan sesudah pengobatan, para peneliti menemukan adanya perubahan wilayah pada otak yang berhubungan dengan anoreksia.

Hal ini menunjukkan bahwa DBS dapat digunakan untuk memberikan efek langsung yang berhubungan dengan sirkuit otak. Penelitian ini menunjukkan kurangnya aktivitas pada putamen (bagian dari ganglia basalis), talamus, dan otak besar di antara wilayah otak lainnya.

Adapun peningkatan aktivitas banyak terjadi di area kortikal periferal yang berhubungan dengan persepsi sosial dan tingkah laku.

Adres Lozano, seorang profesor dari Universitas Toronto Kanada yang memimpin studi ini mengatakan bahwa hasil studi ini menunjukkan beberapa harapan, namun penelitian lanjutan masih dibutuhkan.

"Anoreksia masih menjadi penyakit kejiwaan dengan angka kematian tertinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan penting, yang aman, efektif, dengan pengobatan teruji, yang dihasilkan dengan pengembangan pengetahuan dari sirkuit otak," katanya menambahkan.