Ini Tantangan Lamandau Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan

id lamandau, ketahanan pangan lamandau, bupati lamandau, borneo, marukan

Ini Tantangan Lamandau Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan

Ilustrasi - Bupati Kabupaten Lamandau, Ir Marukan saat panen raya. (FOTO Humas Kab. Lamandau)

Nanga Bulik (Antara Kalteng) – Kabupaten Lamandau berhasil menjadi salah satu daerah yang berhasil swasembada beras. Pemerintah mengakui keberhasilan tersebut dengan memberikan penghargaan sebagai daerah yang berhasil mempertahankan swasembada beras secara berturut-turut. 

Bupati Lamandau, Ir Marukan MAP, mengungkapkan, banyak dalam meningkatkan ketahanan pangan banyak tantangan yang dihadapi, di antaranya perubahan cuaca ekstrem yang berpengaruh terhadap kemampuan berproduksi, terutamanya produksi padi.

"Juga, terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian dan komersial, dan belum optimalnya pemanfaatan bahan pangan lokal nonberas," jelas Marukan.

Tantangan yang tidak kalah pentingnya, bebernya, kurangnya minat generasi muda dalam mengembangkan inovasi teknologi pertanian yang dapat menciptakan model teknologi pertanian baru untuk menghasilkan produk pangan bermutu dan berdaya saing global.

Beragam tantangan itu, sebutnya, akan sangat berpotensi menimbulkan masalah dalam mewujudkan ketersediaan pangan, pelestarian swasembada pangan, serta timbulnya kasus kekurangan gizi dan kerawanan pangan, baik pada tingkat rumah tangga maupun daerah pedalaman. 

Diuraikannya, guna mewujudkan kemandirian pangan semua pihak harus bahu membahu melakukan percepatan pembangunan ketahanan pangan. Meningkatkan kepedulian terhadap setiap rumah tangga yang belum berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

Juga, memanfaatkan berbagai potensi sumberdaya yang tersedia di sekitar lingkungan untuk meningkatkan keragaman produksi pangan. Melakukan berbagai inovasi dengan memanfaatkan teknologi untuk menciptakan produk makanan olahan berbasis pangan lokal.

Sekadar catatan, tingkat ketergantungan masyarakat Kalteng terhadap beras sangat tinggi. Buktinya, konsumsi per kapita per tahun sebanyak 121,76 kg, jauh lebih besar dibanding konsumsi dunia yang Cuma 60 kg. Konsumsi utama selain beras masih belum terbiasa.

Jika mencermati pola konsumsi masyarakat Kalteng secara keseluruhan, maka masih banyak yang belum terbiasa mengkonsumsi asupan pangan yang memenuhi kaidah beragam, bergizi berimbang (3B) dan aman. Begitu juga dengan tingkat konsumsi sayuran dan buah-buahan, masih rendah. 

Dimana tingkat konsumsinya baru 30-45 kg/kapita/tahun, lebih rendah dari yang dianjurkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu sebesar 67 kg.