Gara-Gara Larangan Ekspor Rotan Mentah, Petani Kotim Kesulitan Penuhi Kebutuhan Hidup

id Kotawaringin Timur, Kotim, Sampit, petani rotan, rotan, Harga Rotan Tidak Stabil, Larangan Ekspor Rotan Mentah, baamang, desa tinduk

Gara-Gara Larangan Ekspor Rotan Mentah, Petani Kotim Kesulitan Penuhi Kebutuhan Hidup

Seorang warga Desa Tinduk Kecamatan Baamang, Sampit sedang merapikan rotan, Kamis (16/3/17). Sektor rotan masih terpuruk sejak larangan ekspor rotan mentah pada akhir 2011 lalu (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sejak adanya larangan ekspor rotan mentah tahun 2011 sampai sekarang masih terpuruk. Kalaupun ada pembeli, cukup sekadar untuk biaya bertahan hidup. Itu pun kadang lama, baru ada pembeli,"
Sampit (Antara Kalteng) - Petani rotan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, mengeluhkan tidak stabilnya harga rotan sehingga pendapatan tidak menentu, bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.

"Sejak adanya larangan ekspor rotan mentah tahun 2011 sampai sekarang masih terpuruk. Kalaupun ada pembeli, cukup sekadar untuk biaya bertahan hidup. Itu pun kadang lama, baru ada pembeli," kata Ijianto, salah satu petani sekaligus pengepul rotan di Desa Tinduk Kecamatan Baamang Sampit, Kamis.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan kontroversial yakni melarang ekspor rotan mentah pada akhir 2011. Sayangnya, kebijakan itu tanpa disertai solusi nyata sehingga yang terjadi justru banyak petani dan pelaku usaha rotan kehilangan penghasilan akibat sepinya permintaan rotan mentah karena hanya mengandalkan industri rotan dalam negeri.

Kebijakan itu sangat merugikan dan berdampak bagi petani dan pelaku usaha rotan di Kalimantan Tengah, khususnya Kotawaringin Timur. Padahal rotan di daerah itu merupakan hasil budidaya, bukan rotan liar yang diambil langsung dari hutan yang dikhawatirkan merusak lingkungan.

Saat ini harga rotan mentah sekitar Rp250.000/kwintal, padahal dulunya lebih dari Rp300.000/kwintal. Dengan harga rotan basah Rp2.500/kg, jauh tidak sebanding dengan harga kebutuhan pokok yang terus naik.

"Harapan kami, pemerintah membantu agar harga rotan kembali stabil supaya masyarakat sejahtera. Buka lagi ekspor rotan mentah seperti dulu," pintanya.

Kepala Desa Tinduk, Kasmudin membenarkan lesunya sektor rotan sangat berdampak terhadap perekonomian warganya. Sebagian besar penduduk desa yang terletak di sisi Sungai Mentaya itu

"Sekarang cukup sulit. Seperti saat ini harga rotan dan karet sedang turun sehingga hasil yang didapat warga juga sedikit," kata Kasmudin.

Dia berharap pemerintah pusat memperhatikan nasib masyarakat desa yang terpuruk akibat kebijakan larangan ekspor rotan. Pemerintah diharapkan memberikan solusi agar kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.