Tidak Andalkan PLN, Lamandau Reformasi Keragaman Energi Listrik

id lamandau, energi listrik lamandau, bupati lamandau, marukan, kalimantan tengah, PLTS

Tidak Andalkan PLN, Lamandau Reformasi Keragaman Energi Listrik

Ilustrasi -Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 1MWp (Mega Watt Photovoltaic) yang dirancang terhubung ke jaringan listrik PLN di Bangli, Bali. (FOTO ANTARA/Nyoman Budhiana)

Nanga Bulik (Antara Kalteng) - Masih minimnya distribusi energi listrik yang tersalurkan ke masyarakat, mengakibatkan rasio elektrifikasi masih minim, sehingga harus dilakukan reformasi pola keragaman sumber energi setrum, yang tidak terlalu mengandalkan BUMN pengelola, PLN.

Bupati Lamandau, Ir Marukan MAP, menjelaskan, listrik merupakan salah satu syarat mutlak bagi bergeraknya pembangunan. Namun kenyataannya pasokan listrik yang tersedia saat ini masih kurang, dan belum sampai ke seluruh warga di pedalaman, akibat terkendala jaringan distribusi yang terbatas.

Melalui dinas terkait, sebutnya, berbagai cara telah dilakukan guna memenuhi kebutuhan listrik. Dalam jangka pendek ada dua cara yaitu dengan penyediaan tenaga listrik bagi desa yang jauh dari jangkauan Perusahaan LIstrik Negara (PLN) dengan pengadaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

"Cara kedua, memanfaatkan banyaknya potensi air sungai yang ada untuk penyediaan tenaga listrik, baik dalam bentuk PLTA maupun PLTMH (Pembangkit Listri Mikro Hidro)," jelas Marukan, Kamis.

Untuk jangka panjang, diupayakan merelokasi mesin yang dimiliki pemda ke daerah-daerah yang jauh dari jangkauan jaringan PLN yang strategis dan padat penduduk.

Selain itu, urainya, diharapkan dapat menggunakan energi yang menggunakan biomassa yang berasal dari cangkang buah kelapa sawit. 

"Kenapa? Sebab di daerah ini (Lamandau) banyak terdapat perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sudah produksi, an terdapat limbah cangkang sawit yang bsia dimanfaatkan," katanya.

Marukan memaparkan, ketersediaan energi listrik yang memadai akan menimbulkan dampak positif berantai bagi masyarakat dengan meningkatnya mutu kehidupan dan pertumbuhan ekonomi. Serta, akan mampu mendorong meningkatkan kecerdasan masyarakat, meningkatkan sarana pendidikan dan kesehatan.
 
Disebutkannya, meskipun masih ada desa yang belum terjangkau aliran listrik, bukan berarti masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan. Sebab, banyak warga yang mampu memenuhi kebutuhan listriknya sendiri dengan menggunakan mesin genset berbahan bakar minyak.

"Setiap malamnya butuh Rp20 ribu hingga Rp40 ribu untuk menghidupkan genset. Bisa dibayangkan berapa biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan. Jadi pada umumnya taraf kehidupan warga Lamandau cukup tinggi,” ungkap Marukan.

Kendati demikian, lanjutnya, pemerintah tetap akan memikirkan untuk menyediakan pasokan listrik yang cukup dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Sehingga pertumbuhan ekonomi masyarakat dapat lebih maju lagi.