Umat Hindu Ikuti Upacara Tawur Agung Kesanga Nasional

id Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939, Umat Hindu, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Menteri Agama, Lukman Hakim Saefudin, Sri Pakua Alam X, Par

Umat Hindu Ikuti Upacara Tawur Agung Kesanga Nasional

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan sambutan pada Upacara Tawur Kesanga sebagai rangkaian Perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1938 di pelataran Candi Prambanan, Yogyakarta, Selasa (08/03). (Arief/MKD)

Sleman (Antara Kalteng) - Ribuan umat Hindu hari ini mengikuti Upacara Tawur Agung Kesanga Nasional di pelataran selatan kompleks Candi Prambanan di Kabupaten Sleman sebagai bagian dari perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939.

Pemeluk Hindu yang antara lain datang dari Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Tengah itu mengikuti ritual upacara sebelum melakukan Catur Brata Penyepian.

Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin, Wakil Gubernur DIY Sri Pakua Alam X, pengurus Parisada Hindu Dharma Pusat, dan Gubernur Bali menghadiri upacara dengan tema "Bangun Harmoni Dalam Kebhinekaan" itu.

Ketua Panitia Nyepi Nasional Saka 1939 Irjen Pol Ketut Untung Yoga mengatakan Tahun Baru Saka merupakan tonggak peringatan atas kejayaan hidup dan sekaligus hari toleransi, membangun harmoni, persaudaraan sejati dan introspeksi atas tindakan yang telah dilakukan selama hidup.

"Hanya dengan kesadaran bahwa setiap makhluk mendambakan kasih dan penghargaan yang tulus dalam wujud perdamaian, harmoni dan persaudaraan sejati, persatuan dan kesatuan bangsa ini bisa tetap terjaga," katanya.

"Lenyapnya penderitaan semua makluk, itulah hendaknya menjadi tujuan hidup," katanya.

Ia mengatakan Nyepi bukan sekadar perayaan untuk menyambut Tahun Baru Saka, tetapi mengandung nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kualitas "Srada" dan "Bakti" kepada Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa.

"Nyepi memiliki makna spiritual yang dalam sebagai perwujudan Yadnya yang tulus ikhlas demi bhakti, cinta kasih sayang, prema yoga ke hadapan Sang Hyang Widhi," katanya.

Hubungan harmonis terhadap sesama manusia, bahkan sesama makluk hidup, diwujudkan dengan sikap toleransi, persaudaraan sejati, saling menghormati, dan saling menghargai. 

"Kamu adalah aku, aku adalah kamu, kebahagianmu adalah kebahagiaanku, penderitaanmu adalah penderitaanku juga".

"Senang melihat orang senang, susah melihat orang susah, bukan sebaliknya, susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah," katanya.

Ia mengatakan, orang yang suka membeberkan keburukan orang lain, sesungguhnya adalah membeberkan keburukan sendiri. 

"Buat apa buang-buang waktu membicarakan orang lain, lebih baik gunakan momentum Nyepi ini untuk merenungkan diri. Apa yang dapat disumbangkan untuk kedamaian dan kesejahteraan dunia alam semesta?" katanya.

Upacara Tawur Agung Kesanga Yogyakarta di pelataran Candi Prambanan, kata dia, telah ditetapkan sebagai "Warisan Budaya Tak Benda Indonesia" oleh Menteri Kebudayaan.

Ketua III Panitia Perayaan Hari Raya Nyepi di DIY Ketut Witra mengatakan sebelumnya dalam rangkaian Hari Raya Nyepi sudah dilakukan beberapa rangkaian acara, di antaranya adalah Melasti di Pantai Ngobaran, Gunung Kidul, kemudiaan kegiatan bakti sosial penanaman pohon atau "Wono Kerti" di Lereng Merapi dan juga di Gunung Kidul.

Ia mengatakan, "Tawur Kesanga" digelar satu hari menjelang Nyepi sebagai simbol upaya untuk mengalahkan keburukan yang dilambangkan dengan ogoh-ogoh.

"Karena ini adalah kegiatan budaya maka digelar beberapa hari sebelum Hari Raya Nyepi sebagai hiburan bagi masyarakat," katanya.