Tasbih Gaharu Kotawaringin Timur Tembus Pasar Luar Negeri

id kotawaringin timur, tasbih gaharu, tasbih gaharu dari kotim, kalimantan tengah

Tasbih Gaharu Kotawaringin Timur Tembus Pasar Luar Negeri

Perajin tasbih gaharu di Desa Telaga Baru Kecamatan Mentawa Baru Ketapang Sampit, makin bersemangat karena produk mereka makin diminati pasar luar negeri. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antara Kalteng) - Kerajinan tasbih berbahan kayu gaharu asal Desa Telaga Baru, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, pemasarannya sudah mampu menembus ke pasar luar negeri.

"Memang bukan langsung saya. Tapi ada pembeli tetap dari Jakarta yang kemudian mengirimnya ke Arab Saudi dan Tiongkok. Setiap bulan itu bisa satu sampai dua kali pengiriman," kata Rofi, perajin tasbih gaharu di Sampit, Rabu.

Sejak tujuh tahun lalu, Rofi mulai menekuni pembuatan tasbih gaharu, yang berawal dari dia membuatkan pesanan untuk kenalannya. Ternyata banyak yang tertarik, bahkan kini pembeli tetapnya yang memasarkan hingga ke luar negeri.

Tasbih gaharu sama seperti tasbih pada umumnya. Hanya, ciri khasnya adalah warna hitam mengkilap dan bau gaharu yang sangat harum. Saat digunakan dan tergesek jari, bau wangi gaharu makin tercium.

Saat ini tasbih gaharu buatan Rofi dibuat dua versi. Ada yang butiran tasbih berjumlah 99 butir yang dipasarkan ke Arab Saudi untuk digunakan umat Islam dan ada pula yang berjumlah 108 butir berukuran lebih besar yang dipasarkan ke Tiongkok yang biasanya digunakan umat Budha. Tasbih gaharu 99 butir dijual Rp150.000 per tasbih, sedangkan tasbih 108 butir dihargai lebih dari dua kali lipat, tergantung kualitas kayu gaharu.

Harganya memang lebih mahal dibanding tasbih biasa karena tasbih ini berbahan dasar kayu gaharu yang saat ini makin sulit didapat. Bahkan sampai di luar negeri, kabarnya harga tasbih gaharu bisa mencapai jutaan rupiah.

Biasanya Rofi membuat tasbih gaharu sesuai pesanan. Kini dia dibantu beberapa orang karyawan karena terkadang ada permintaan mendadak dalam jumlah cukup banyak. Untuk bahan dasar berupa kayu gaharu, dia biasanya membeli dari warga yang datang menjual gaharu ke rumahnya dengan harga Rp50.000 per kilogram.

"Untuk pasaran lokal memang cukup sulit. Kalau pun ada, itu sedikit. Yang banyak itu dikirim ke Arab, meski terkadang pembeli di sana juga warga Indonesia yang membawa pulang ke tanah air sebagai oleh-oleh sepulang ibadah haji atau umrah," kata Rofi.

Kendala yang dirasakan saat ini adalah cukup sulit mendapatkan bahan baku kayu gaharu. Selama ini warga mendapat kayu gaharu dari sisa-sisa kebakaran lahan di hutan.