Umat Buddha Ikuti Detik-detik Waisak

id hari waisak, umt buddha

Umat Buddha Ikuti Detik-detik Waisak

Sejumlah Biksu bersama umat Buddha mengikuti arak-arakan perayaan Tri Suci Waisak 2561 B.E/2017 di kawasan candi Borobudur Magelang, Jateng, Rabu (10/5). Arak-arakan diikuti ribuan umat Buddha dimulai dari candi Mendut menuju candi Borobudur sejauh 3

Magelang (Antara Kalteng) - Ribuan umat Buddha mengikuti detik-detik Waisak di pelataran Candi Borobudur sebelah barat pada Kamis pukul 04.42.09 WIB.

Detik-detik waisak ditandai pemukulan lonceng tiga kali dan pemercikan air berkah "paritta jayanto" dan umat bersikap anjali.

Biksu Tadisa ParamitaMahasthavira dalam renungan Waisak mengatakan peringatan hari Tri Suci Waisak bukan hanya sekadar diadakan ritual Waisak untuk berdoa dan memohon saja.

Ia mengatakan umat Buddha harus menyadari hakikat kebuddhaan dan menyerapnya, berjuang untuk kembangkan hati Buddha dan potensi kebuddhaan dalam diri masing-masing.

"Jangan mengabaikan dan menelantarkan hakikat kebuddhaan. Guru Agung Sang Buddha hanya mengajar dan menyadarkan saja, tetapi pengembangan dan praktik berpulang pada individual masing-masing. Berjuanglah dengan penuh semangat untuk meraih pencerahan dan mahabudi," katanya.

Bikhu Wongsin Labhiko dalam tuntunan sebelum meditasi Waisak menuturkan kehidupan tidak cukup dengan keinginan dan waktu tidak cukup bagi kebutuhan. Dunia ini tidak ada persoalan bagi yang menjadi orang bijaksana.

"Dunia ini tidak ada persoalan apabila belajar mengetahui kenyataan, bahwa sesungguhnya dunia ini berkondisi tidak kekal adanya," katanya.

Oleh karena itu, katanya jangan terlalu lekat dengan sesuatu, bahagia dan derita berbeda perasaan manusia, menderita karena melekat, bahagia karena lepas itulah jalan Buddha.

Ia menuturkan apabila ingin bahagia belajar untuk lepas jangan melekat, sesuatu yang dapat secara gratis adalah ketuarentaan, sesuatu yang harus dicari adalah nilai kehidupan manusia," katanya.

Wongsin mengatakan nilai binatang diukur dari badannya, sedangkan nilai manusia diukur atau dihitung dari kebajikannya atau perbuatannya.

Ia mengajak umat Buddha pada Waisak tahun ini untuk menambah level objek umat Buddha dengan menjaga perbuatan menjadi baik sesuai dengan ajaran Guru Agung Sang Buddha Gautama. Dunia ini tidak ada yang baru selain pergerakan dan perubahan.      

"Semua berubah, semua bergerak, tetapi perubahan pergerakan harus diambil. Ambil krisis menjadi kesempatan, jangan takut apabila hidup ini mengalami krisis atau susah. Dalam kesusahan itu adalah kesempatan yang terbuka untuk anda sekalian," katanya.

Ia mengatakan rela bersusah payah di masa awal adalah lebih baik dari pada jatuh miskin di belakang hari. Jangan berdoa saja, Sang Buddha mengajarkan praktik, jangan menunggu nasib baik, jangan terlambat bangun, jangan malu mencari nafkah.      
    
"Jangan menghina bahwa untungnya sedikit, jangan menunggu nasib baik. Kalau menunggu nasib baik saja tidak mau kerja bukan Buddha. Umat Buddha bangun pagi mencari nafkah, jangan putus semangat, apabila anda sekalian hidup dalam keputusasaan itu adalah penggalian liang memandang diri sendiri," katanya.

Perayaan Waisak 2561 BE/2017 di Candi Borobudur ditutup dengan ritual pradaksina oleh para biksu dan umat dengan mengelilingi candi tiga kali searah jarum jam.