Warga 4 Kecamatan di Pedalaman Kotim Khawatir Banjir Makin Parah

id Banjir Kotawaringin Timur, Warga 4 Kecamatan di Pedalaman Kotim Khawatir Banjir Makin Parah, bencana banjir

Warga 4 Kecamatan di Pedalaman Kotim Khawatir Banjir Makin Parah

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kotim, Sutoyo (kanan) turut terjun ke lokasi banjir di Desa Sungai Hanya Kecamatan Antang Kalang pada Selasa (23/5/17) lalu. (Istimewa)

Sampit (Antara Kalteng) - Bencana banjir masih menghantui masyarakat yang tinggal di empat kecamatan di wilayah pedalaman Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah seiring hujan masih sering turun dan membuat air sungai naik.

"Dalam dua pekan ini ada empat kecamatan dengan puluhan desa dan ratusan rumah warga terdampak banjir, termasuk fasilitas publik seperti sekolah, tempat ibadah dan puskesmas," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kotim, Sutoyo di Sampit, Kamis.

Lama waktu banjir bervariasi, paling cepat surut enam jam dan paling lama 36 jam, ujarnya.

Empat kecamatan tersebut adalah Bukit Santuai, Antang Kalang, Telaga Antang dan Mentaya Hulu. Keempat kecamatan itu berada di kawasan Utara yang merupakan hulu Sungai Mentaya.

Banjir di beberapa kawasan saat ini mulai surut, namun di kawasan lainnya ada yang masih terendam. Saat banjir cukup dalam, air masuk ke dalam rumah dengan ketinggian 10 hingga 20 centimeter.

Seperti di Kecamatan Telaga Antang, banjir melanda Desa Tumbang Sangai dengan korban terdampak banjir sebanyak 60 kepala keluarga, Rantau Katang 46 kepala keluarga, Tumbang Mangkup 61 kepala keluarga, Tumbang Boloy 100 kepala keluarga, Tumbang Kuwan 70 kepala keluarga dan Tumbang Bajeney 83 kepala keluarga.

Kondisi ini sangat mengganggu aktivitas masyarakat yang umumnya merupakan petani karet dan karyawan perkebunan karena jalan dan sebagian kebun karet turut terendam. Sebagian masyarakat memilih bertahan di rumah mereka meski harus memindahkan barang ke tempat yang tinggi agar tidak terendam.

Warga yang rumahnya terendam cukup parah, terpaksa mengungsi ke rumah kerabat mereka yang masih aman banjir. Masyarakat khawatir banjir kembali terjadi karena curah hujan masih tinggi. Seperti di Kecamatan Bukit Santuai, sepanjang Mei ini sudah dua kali banjir melanda belasan desa di kecamatan itu dengan kedalaman bervariasi.

"Pihak kecamatan bersama unsur muspika masing-masing sudah memberikan bantuan sembako dengan cara berkoordinasi dengan perusahaan besar swasta perkebunan yang ada di kecamatan masing dan juga ada sebagian patai politik yang ikut membantu," kata Sutoyo yang juga terjun ke lokasi banjir.

Tim gabungan terdiri Tim Reaksi Cepat BPBD, Palang Merah Indonesia, TNI dan Polri, bersama-sama melakukan penanggulangan di lapangan. Sutoyo mengakui, jauhnya lokasi dan beratnya medan menjadi kendala yang harus dihadapi tim.

Untuk mencapai lokasi banjir, tim dari Sampit harus menempuh perjalanan hingga enam jam jalur darat, kemudian dilanjutkan menggunakan transportasi sungai selama satu hingga dua jam.

Sebagian besar desa yang terdampak banjir belum terjangkau jaringan signal telepon selular sehingga menyulitkan komunikasi dan koordinasi dengan pihak terkait seperti pemerintah kecamatan, desa, Koramil dan Polsek.

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur melalui BPBD dan instansi terkait, terus memantau situasi banjir di empat kecamatan tersebut. Selain terjun langsung ke lokasi banjir, koordinasi dengan pihak kecamatan juga terus dilakukan.