Artikel - "Sang Perantau" Yang Sukses Jadi Penggiat Kuliner Khas Kalimantan

id Meliana Christanty, kuliner khas kalimantan, kuliner kalimantan tengah, pangkalan bun, kobar, Sang Perantau Yang Sukses Jadi Penggiat Kuliner Khas Kal

Artikel - "Sang Perantau" Yang Sukses Jadi Penggiat Kuliner Khas Kalimantan

Meliana Christanty (Foto Instagram : @melianachristanty)

Palangka Raya (Antara Kalteng) - Berawal dari sang kakek yang memperkenalkan aneka kuliner nusantara sejak masih kecil, membuat Meliana Christanty menekuni seluruh masakan yang ada di Indonesia.

"Selain dibantu kakek, kebiasaan orang tua yang memasak di dapur karena membuka rumah makan, membuat kegiatan saya kian dekat dalam mengetahui cara bermasak," kata perempuan kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, 13 Maret 1979 itu.

Talenta memasak Meliana baru muncul ketika usianya sudah 17 tahun. Atas anjuran kakeknya, ia diminta memasak sendiri supaya lebih sehat. Setiap sebulan sekali kakek dan neneknya juga datang menjenguk dengan membawa banyak sekali jenis makanan.

"Selama kuliah dan kerja di Jogja, saya semakin tertarik mempelajari berbagai kuliner tradisional. Terutama kuliner khas Kalimantan dan mempelajari semua bahan pangan dari alamnya yang kaya," kata perempuan yang pernah lolos seleksi sebagai penulis Buku Kuliner tahun 2014 itu.

Sudah 14 tahun perempuan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya Jogjakarta tahun 2002 itu merantau ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, membuat Meliana jatuh cinta pada kuliner khas Kalimantan.

Untuk memahami dan mempelajari kuliner Kalimantan, ia belajar dari para ibu-ibu koki rumahan, pekerja dapur warung/rumah makan di seluruh daerah Kalimantan yang pernah dikunjungi.

"Awalnya saya juga banyak belajar dari para pedagang pasar tradisional dan penduduk setempat, agar makin paham bagaimana cara mengolah bahan makanan segar asal Kalimantan," ujar perempuan yang aktif sebagai koki pribadi atau private chef di sejumlah acara.

Isteri dari Chandra Halim itu mendalami masakan khas Kalimantan langsung dari penduduk asli suku Dayak, Banjar, Kutai, Melayu, Bulungan, peranakan Tionghoa, dan suku lainnya di pulau Kalimantan.

Untuk saat ini kuliner Kalimantan yang menjadi andalan perempuan yang pernah menjadi chef instructor di beberapa hotel dan restoran itu yaitu kuliner kandas lauk bepapui, dadah belasan, udang galah basanga, kandas sarai dari Dayak Kahayan.

Selain itu, Soto manggala, sambal bunga kunyit, sambal bunga lucung, sambal terung asam rimbang, gegacok tiwadak, ikan patin bakar dan ikan lais goreng kering dari Kabupaten Kotawaringin Barat (Pangkalan Bun).

Sedangkan untuk makanan ringan, yakni  keripik kelakai (pakis)  khas Palangka Raya tak luput dari pandangan perempuan yang pernah belajar masak hidangan warisan turun-temurun khas Kesultanan Bulungan Kalimantan Utara itu.

"Kuliner tradisional Kalteng juga sering saya sajikan di berbagai kesempatan. Misalnya dalam demo masak di Festival Kuliner Nusantara di Mal Artha Gading Jakarta tahun lalu," kata ibu tiga orang anak itu. 

Wanita yang murah senyum ini juga pernah memasak daging ular sanca kembang/malayopython reticulatus. Ular ini populasinya masih banyak di Kalimantan. Sekali bertelur bisa mencapai 20-100 butir dan termasuk hewan yang belum dilindungi, terdaftar di appendix cites II.

Dia berharap, peran pemerintah daerah bisa lebih menjaga dan melestarikan lagi kuliner khas Kalimantan agar tidak hilang dan punah.