Keren! Desa Pedalaman Barito Utara Bangun Rumah Dayak 'Betang'

id rumah betang, rumah dayak, barito utara, barut, muara teweh, taman nasional Gunung Lumut

Keren! Desa Pedalaman Barito Utara Bangun Rumah Dayak 'Betang'

Rumah adat suku Dayak "Betang" di Desa Muara Mea Kecamatan Gunung Purei (Istimewa)

Muara Teweh (Antara Kalteng) - Pemerintah Desa Muara Mea Kecamatan Gunung Purei yang berada di pedalaman Kabupaten Barito Utara (Barut), Kalimantan Tengah membangun rumah adat suku Dayak "Betang" guna melestarikan adat istiadat dan budaya daerah terutama yang ada di desa setempat.

"Pembangunan rumah adat Betang ini diharapkan membuat desa ini menjadi pusat kunjungan masyarakat luas yang ingin mengenal adat istiadat dan budaya, serta mengenal Taman Nasional Gunung Lumut," kata Kepala Desa Muara Mea Kecamatan Gunung Purei, Jaya Pura kepada wartawan ketika berada di Muara Teweh, Sabtu.

Menurut Kades Jaya, pembangunan rumah betang ini merupakan program desa yang masuk dalam APBD desa tahun 2016 dengan dana bersumber dari dana desa (DD) maupun alokasi dana desa (ADD).

Pembangunan rumah betang ini masih akan diteruskan pada tahun anggaran 2017 ini dengan membangun teras depan serta bagian belakang untuk dapur, sehingga memberi kenyamanan bagi pengunjung yang ingin menginap atau tidur di betang tersebut.

"Rumah betang ini juga menambah potensi objek budaya di desa ini, apalagi daerah ini merupakan kawasan Gunung Lumut yang sedang diusulkan menjadi Taman Nasional kepada pemerintah pusat," katanya.

Kades Muara Mea mengatakan pihaknya membangun rumah sentra ekonomi yang akan menjadi pusat pengolahan berbagai kerajian masyarakat, sedangkan pembangunan non-fisik adalah peningkatan kapasitas seperti pelatihan dalam pengolahan kerajinan serta biaya operasional desa.

Kerajinan yang ditekuni masyarakat masih sekitar pembuatan dari anyaman rotan seperti pembuatan tikar, tas, anjat, topi dan berbagai macam produk lainnya yang terbuat dari bahan rotan. Produk menjanjikan juga adalah pembuatan pakaian adat dayak dari kulit kayu. 

Hanya saja kendalanya terkait masalah mesin jahit, karena mesin jahit model kain masih belum mampu untuk menjahit kulit kayu yang sudah dikeringkan.

"Pemesanan baju adat Dayak ini memang masih berasal dari para pekerja seniman atau pemilik sanggar kesenian, namun ke depan akan terus dikomersilkan sebagai produk daerah yang menjanjikan. Oleh sebab itu, kami masih mencari referensi mesin jahit yang mampu diandalkan dalam pembuatan pakaian adat ini," kata dia.

Di samping itu juga telah dibangun Posyandu dan gedung PAUD serta bidang infrastruktur untuk tahun 2017 ini membangun jalan semen sepanjang 300 meter dengan lebar 2,5 meter.

Untuk pelaksanaan BUMDes masih belum bisa dijalankan, karena kepengurusannya harus diperbaharui kembali mengingat kepengurusan yang dulu kebanyakan dari aparatur desa, sementara dalam aturannya adalah masyarakat lain yang tidak ada keterkaitan dengan aparatur pemerintah desa, sehingga dapat dilaksanakan penyertaan modal.

"Ke depan masih dalam tahap musyawarah kami juga mencari potensi usaha yang akan menjadi pendapatan asli desa yang akan dikelola oleh BUMDes," ujarnya.