Artikel - Integrasi Sawit dan Sapi di Kobar Terbukti Sokong Swasembada Daging

id integrasi sawit dan sapi, swasembada daging di kobar, swasembada daging, sapi potong

Artikel - Integrasi Sawit dan Sapi di Kobar Terbukti Sokong Swasembada Daging

Program integrasi sapi dan perkebunan kelapa sawit di Kotawaringin Barat (Foto Budi Santoso)

Pangkalan Bun (Antara) - Wacana integrasi perkebunan kelapa sawit dan usaha sapi potong oleh Dahlan Iskan, yang ketika itu Menteri BUMN, mulai menunjukkan hasil di Kabupaten Kotawaringin Barat.
          
Integrasi itu merupakan strategi tepat untuk menyokong swasembada daging sapi karena di Indonesia mulai ada keterbatasan lahan penggembalaan, keberlanjutan pakan hijauan, dan mahalnya biaya pakan konsyangat sapi.      
     
Padahal di sisi lain, masih ada hijauan yang merupakan gulma dan pelepah daun di kebun sawit serta melimpahnya limbah pabrik sawit berupa pelepah sawit, bungkil kelapa sawit dan solit. Hijauan dan bahan konsentrat itu tersedia sepanjang tahun.
         
Konsepnya, pemeliharaan sapi bisa dilakukan sepanjang waktu di kebun sawit, tanpa perlu investasi kandang sapi. Kawanan sapi yang hidup dari satu blok kebun sawit ke blok yang lain akan mampu memproduksi anakan sapi yang lebih sehat. Anakan yang sudah lepas sapih usia 6-7 bulan kemudian dipisahkan untuk dipersiapkan sebagai calon bakalan sapi potong dan calon indukan.
        
Jika usia sudah siap sebagian masuk penggemukan sebagai sapi potong dan sisanya masuk sebagai indukan dengan disatukan pada koloni baru penggembalaan.
        
Bagi usaha perkebunan sawit, pola ini akan mengurangi biaya pemberantasan gulma, pelepah sawit akan meningkat nilai ekonominya serta meningkatkan kesuburan lahan karena kotoran sapi yang bertebaran di kebun sawit.
        
Dan bagi pabrik sawit ada kemungkinan harga bungkil akan naik dan pemanfaatan limbah pabrik yang selama ini terbuang percuma.
          
Konsep ini diterapkan dua korporasi besar di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, yaitu PT Sulung Ranch yang dimulai September 2013 dan PT Agro Menara Rahmat yang mulai model integrasi tahun 2016.
         
Yang pertama merupakan Citra Borneo Indah (CBI) Group dan kedua, dari Astra Agro Lestari Group. Sejumlah peternak kecil juga menerapkan integrasi dengan model yang berbeda. Bahkan ada kelompok peternak kecil di Desa Kubu di Kobar yang tergabung dalam Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya, sudah melakukan integrasi sawit-sapi dengan teknologi probiotik.

    
              Swasembada Sapi
    
Integrasi sawit-sapi itu mampu menjadikan Kotawaringin Barat menjadi daerah berswasembada sapi potong dengan kemampuan memasarkan sapi untuk daerah lain. Populasi sapi potong di daerah itu meningkat rata-rata 35 persen per tahun dan setahun terakhir kebutuhan sapi potong 10 ekor per hari sudah dipenuhi peternak lokal.
         
"Artinya kita sudah swasembada sapi potong," kata Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Kotawaringin Barat M Rosihan Pribadi.
         
Ia menjelaskan populasi ternak sapi potong bertumbuh dari sekitar 3.500 ekor pada tahun 2006 menjadi sekitar 17.200 pada akhir tahun 2016 atau tumbuh di atas 35 persen per tahun.
         
Bahkan, sapi potong dari hasil penggemukan sudah bisa dikirimkan ke daerah lain seperti Sampit, Martapura, Palangkaraya dan Banjarmasin.
         
Dulu Kobar selalu mendatangkan sapi potong dari Banjarmasin namun, sekarang justru terbalik karena sudah mensuplai Banjarmasin.
         
Hal senada diungkap Dwi Hartanto, manager PT Sulung Ranch di Desa Sulung, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat yang mengembangkan integrasi sawit-sapi sejak September 2013.
         
Saat ini populasi di Sulung Ranch mencapai 5.876 ekor, dimana hasil anakan sapi digemukkan, setelah itu dipasarkan. Target produksi sapi potong sudah mencapai 80 ekor per bulan dengan tujuan pasar lokal di Kotawaringin Barat sekitar 20 ekor dan sisanya dipasarkan ke Sampit, Palangkaraya dan Banjarmasin.
        
Demikian juga PT AMR yang saat ini  mampu memasok 100 ekor sapi potong per minggu untuk pasar Kalimantan.
         
Widayanto, GM Livestok PT Astra Agro Lestari, di lokasi peternakan di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan mengatakan, selain di Kobar, sapi potong jenis brahmancross juga dipasarkan ke Palangkaraya, Banjarmasin, Sampit, dan Martapura. Bahkan saat ini mereka juga menjajaki pasar sampai Pontianak.
         
"Kami siap mendukung swasembada sapi potong di Kalimantan," katanya.
         
PT AMR juga siap menjual sapi potong dengan harga yang lebih murah dibanding pedagang setempat membeli ternak dari luar Kalimantan.
         
Saat ini sudah terbangun kepercayaan sejumlah pedagang sapi dengan PT AMR sehingga mereka membeli tanpa perlu datang ke lokaai peternakan.
         
"Cukup sampaikan ada 10 ekor dengan total bobot sapi 4, ton, mereka langsung transfer, selanjutnya kami kirim ke RPH," katanya.
         
Ke depan dua perusahaan itu akan terus menambah koloni baru dari hasil pengembangbiakan sapi dan jumlah sapi potong akan terus meningkat.
        
Sisi positif kenaikan populasi sapi di Kalimantan adalah mulai berkurangnya pasokan sapi lokal dari daerah kantong ternak, sehingga stok sapi lokal secara nasional tidak tergerus.

    
              Tata Niaga
    
Pasar sapi potong di Pulau Kalimantan sebentar lagi terpenuhi sehingga yang  perlu dipikirkan adalah pengaturan tata niaga sapi potong hasil integrasi sawit-sapi yang dilakukan korporasi.
         
Jangan sampai sapi potong korporasi menyisihkan sapi potong yang dikembangkan peternak kecil.
         
Bagaimanapun integrasi sawit-sapi skala besar menghasilkan biaya produksi yang lebih murah dibanding peternak lokal dengan skala usaha kecil.
          
Kabid SDM, Kelembagaan dan Pascapanen Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kobar M Rubiansyah SPT MSi mengatakan keberadaan peternakan skala besar melalui integrasi sawit-sapi di Kobar sejak awal ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sapi potong dan daging di Pulau Jawa.
         
Ia mengatakan, Pemkab sudah menyiapkan rumah potong hewan (RPH) yang siap melayani pemotongan sapi hasil produksi korporasi awal Tahun 2018.
          
"RPH itu dibuat agar peternak besar bisa menjual dalam bentuk karkas ke Pulau Jawa, " katanya.
          
Saat ini, korporasi besar telah membantu swasembada sapi di Kalimantan, namun perlu dipikirkan pengaturan kebijakan tata niaga hasil produksi sapi potong mereka.
          
Keberhasilan dua korporasi itu pasti akan diikuti korporasi lain karena ketersediaan lahan sawit yang masih luas.
         
Sudah saatnya Pemerintah mulai memikirkan kebijakan rantai suplai sapi potong dan karkas sapi dari Kalimantan ke Pulau Jawa untuk mengantisipasi membeludaknya produksi sapi potong di Kalimantan.
          
Kebijakan tol laut bisa juga membantu korporasi untuk mendapat akses rute kapal ternak dari Pelabuhan Kumai di Kobar ke Tanjungpriok, Jakarta, untuk memasarkan sapi potong.
          
Pola integrasi usaha sawit-sapi menjadikan Indonesia optimis mencapai swasembada daging.