Tarian Adat Dayak Pukau Pengunjung Festival Erau

id tari dayak, hudoq, festival erau

Tarian Adat Dayak Pukau Pengunjung Festival Erau

Ilustrasi - Sejumlah warga Suku Dayak membawakan ritual tarian Hudoq. (ANTARA FOTO/Sugeng Hendratno)

Tenggarong (Antara Kalteng) - Penampilan tarian adat Dayak Modang, yakni tarian Hudoq, berhasil memukau pengunjung yang datang ke Festival Erau, Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu sore.

Pergelaran adat Dayak tersebut berlangsung di Lapangan Basket Timbau, yang berada persis di tepian Sungai Mahakam.

Seorang pengunjung dari Samarinda, Fachrurozi, mengatakan ia kagum dengan kebudayaan yang ada di Kutai Kartanegara tersebut.

"Saya baru pertama kali melihat tarian seperti ini," kata Fachrurozi.

Tarian Hudoq merupakan tarian yang bertujuan untuk memanggil roh padi yang biasa dilakukan sebelum menanam dan memanen padi.

Hudoq merupakan roh gaib yang berada di setiap unsur di alam, baik itu air, udara, dan hutan. Hudoq dalam tarian tersebut digambarkan sebagai makhluk yang seluruh tubuhnya tertutup daun, bertaring, berwajah putih, dan terdapat daun burung enggano di kepalanya.

Tetua dalam tarian adat tersebut, Indra Bengek, mengatakan tarian tersebut selain bertujuan memanggil roh padi juga bertujuan mengusir roh jahat. Dalam tarian tersebut juga dilakukan pemotongan ayam. Darah tersebut dijadikan persembahan kepada para dewa.

"Dengan melihat kondisi usus ayam itu, kita bisa mengetahui bagaimana kondisi ke depan. Kalau ususnya bagus, berarti ke depannya akan bagus kehidupan baik itu rezeki berlimpah dan aman," kata Indra.

Indra jelaskan bahwa tarian tersebut bukan hanya sekedar tarian, namun tarian sakral.

"Ini bukan hanya kesenian, tapi ritual sakral yang dilakukan setiap mau menanam dan memanen padi. "
    
Festival Erau Adat Kutai 2017 yang diselenggarakan di Tenggarong pada 22 Juli hingga 30 Juli. Dalam festival itu, beragam kesenian tradisional dari Indonesia dan luar negeri ditampilkan. Selain seni tradisional juga ditampilkan olahraga tradisional dan upacara adat yang diselenggarakan di Keraton Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martadipura yang kini menjadi Museum Mulawarnan.