Waduh! Angka Kemiskinan di Barito Selatan Meningkat

id barito selatan, Angka Kemiskinan di Barito Selatan Meningkat, angka kemiskinan barito selatan

Waduh! Angka Kemiskinan di Barito Selatan Meningkat

Kabid Pemberdayaan Sosial, Dan Penanganan Fakir Miskin pada Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat, Dan Desa (DSPMD) Barito Selatan, Nursalim (Foto Antara Kalteng/Bayu Ilmiawan)

Buntok (Antara Kalteng) - Jumlah angka kemiskinan di Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah pada 2017 ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

"Hal tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah keluarga yang menerima jatah beras sejahtera (Rastra) pada 2017 ini," kata Kabid Pemberdayaan Sosial, dan Penanganan Fakir Miskin pada Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat, dan Desa Barito Selatan, Nursalim, di Buntok, Sabtu.

Ia menjelaskan, penerima jatah rastra pada 2016 lalu sebanyak 2.837 Kepala Keluarga, sedangkan pada 2017 ini tercatat berjumlah 3.121 Kepala Keluarga (KK). Pihaknya masih belum menghitung secara detail berapa persentase peningkatannya.

"Meningkatnya angka kemiskinan di kabupaten ini disebabkan banyak faktor yang diantaranya lantaran anjloknya harga getah karet, dan rotan," ucap Nursalim.

Ia menjelaskan, kalau dulu harga karet diatas Rp10 ribu, penghasilan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai menyadap karet sudah lumayan, dan mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Sedangkan saat ini harga getah karet sudah anjlok sehingga hasilnya tidak bisa mencukupi untuk memenuhi keperluan sehari-hari terutama bagi mereka yang memiliki kebun karet yang tidak luas," ucapnya.

Meskipun demikian lanjut dia, kemiskinan khususnya di Kalteng ini berbeda dari tempat lain, karena mereka masih bisa mencari ikan di sungai, dan mencari sayur mayur di hutan tanpa harus menanam terlebih dahulu.

Dia menyampaikan, untuk bisa membantu meningkatkan pendapatan masyarakat, sebenarnya dengan menanam produk-produk subsistem seperti menanam sayur-sayuran.

"Hasil dari tanaman itu bisa membantu meningkatkan pendapatan, namun hampir jarang masyarakat yang mau melakukannya, karena rata-rata warga di pedesaan membeli sayur dari para penjual dari Buntok. Seharusnya masyarakat di desa menanam sendiri, dan tidak perlu membeli sayuran," kata dia.

Menurut Nursalim, upaya lain untuk menurunkan angka kemiskinan itu bisa melalui pemberdayaan, karena program ini tujuannya untuk peningkatan perekonomian masyarakat.

"Kalau diberi beras hanya bersifat subsidi saja, akan tetapi bila diberikan bantuan modal usaha, mereka bisa terpacu dalam meningkatkan pendapatan,"tambah dia.

Namun kendalanya kata Nursalim, program tersebut tidak mudah dijalankan di wilayah setempat, sebab Dinas Sosial sudah banyak menurunkan program yang diantaranya melalui Kelompok Usaha Bersama (Kube).

"Program tersebut merupakan pancingan dengan memberikan bantuan seperti ternak sapi, babi, maupun bibit ikan, akan tetapi kenyataannya hanya sedikit saja yang bisa mengembangkannya, dan kebanyakan ternak bantuan dijual untuk dijadikan duit,"ujarnya.

Disitulah kata dia, salah satu hambatan dari program tersebut, dan sepertinya pemberdayaan harus diberikan kepada perorangan, dan bukan melalui kelompok. Hal itu agar masyarakat bisa mengembangkan usaha dalam meningkatkan kesejahteraan sendiri.