Rumah Betang Tumbang Gagu yang Dibangun pada 1870 Perlu Perbaikan

id rumah betang, Rumah Betang Tumbang Gagu, tumbang gagu, Kecamatan Antang Kalang

Rumah Betang Tumbang Gagu yang Dibangun pada 1870 Perlu Perbaikan

Rumah betang Tumbang Gagu dibangun menggunakan kayu ulin dan meranti berukuran besar. Saat ini betang yang dibangun pada tahun 1870 itu mulai rusak sehingga perlu diperbaiki. (Istimewa)

Sampit (Antara Kalteng) - Rumah khas Suku Dayak Kalimantan Tengah yang ada di Kecamatan Antang Kalang Kabupaten Kotawaringin Timur, yakni Betang Tumbang Gagu, perlu segera diperbaiki karena makin rusak akibat lapuk termakan usia.

"Bagian kanan sudah ada yang diperbaiki. Tapi, kondisinya memang banyak yang masih perlu direnovasi," kata Sekretaris Kecamatan Antang Kalang, Watmin yang dihubungi dari Sampit, Sabtu.

Rumah betang merupakan rumah khas Suku Dayak Kalimantan Tengah. Rumah betang Tumbang Gagu merupakan satu-satunya betang tua yang tersisa di Kotawaringin Timur sehingga dilestarikan dan dijadikan objek wisata budaya.

Rumah betang menjadi gambaran tingginya sikap keterbukaan dan toleransi masyarakat Dayak sejak dulu. Dulunya, rumah atau huma betang dihuni beberapa keluarga, bahkan ada yang berbeda agama maupun suku. Mereka hidup rukun dan damai tanpa mempermasalahkan perbedaan.

Rumah betang Tumbang Gagu berbentuk persegi empat panjang berupa rumah panggung yang dibangun pada 1870 dengan lama pengerjaan tujuh tahun.

Dulunya, betang Tumbang Gagu dihuni enam kepala keluarga. Salah satunya adalah Singa Jaya Antang bin Lambang Dadu yang merupakan pemimpin pendiri betang tersebut.

Betang Tumbang Gagu dibangun di atas lahan ukuran panjang 130 meter, lebar 110 meter dan luas 14.300 meter persegi. Ukuran bangunan betang Tumbang Gagu, yakni panjang 47,47 meter, lebar 15,50 meter dan luas sekitar 735,785 meter persegi.



Rumah betang Tumbang Gagu dulunya dibangun secara manual menggunakan peralatan sederhana namun mampu menghasilkan rumah yang memiliki nilai seni tinggi. Bahkan saat itu sama sekali tidak menggunakan paku, melainkan pasak yang terbuat dari ulin.

Baca: Betang Tumbang Gagu Nominator Situs Bersejarah Terpopuler

Rumah betang ini terbuat dari kayu ulin dan meranti. Namun kini seiring usianya yang sudah mencapai 147 tahun, kayu-kayunya lapuk sehingga harus segera diperbaiki agar rumah peninggalan sejarah itu bisa tetap lestari.

Pihak ahli waris sangat berharap pemerintah daerah kembali membantu perbaikan betang Tumbang Gagu. Apalagi betang ini menjadi salah satu objek wisata kebanggaan meski akses menuju lokasi betang masih terbatas.

"Nanti saat musyawarah perencanaan pembangunan, akan kami usulkan lagi permohonan perbaikannya. Kalau direnovasi, kami berharap jangan sampai menghilangkan keaslian bentuk bangunan. Misalnya kalau ada ulin yang masih bagus, tidak perlu diganti," kata Watmin

Pembenahan dan peningkatan rumah betang Tumbang Gagu juga bertujuan untuk mendukung tekad pemerintah daerah menjadi daerah tujuan wisata. Infrastruktur jalan dan transportasi juga harus ditingkatkan agar wisatawan makin tertarik datang ke betang Tumbang Gagu.