Pasien Gangguan Jiwa di Seruyan Meningkat, Kenapa Ya?

id rsj seruyan, gangguan jiwa, Ali Wardhana

Pasien Gangguan Jiwa di Seruyan Meningkat, Kenapa Ya?

Ilustrasi - stress, stes, depresi, ilustrasi stres, ilustrasi depresi, gangguan jiwa, gangguan kejiwaan, gangguan mental (ANTARA News / Insan Faizin Mubarak)

Kuala Pembuang (Antara Kalteng) - Pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa atau ODGJ di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Daerah Kuala Pembuang meningkat selama beberapa bulan terakhir.

"Pasien gangguan jiwa memang cenderung meningkat. Selama Agustus hingga September 2017 pasien yang berkunjung ke RSUD Kuala Pembuang mencapai 70 orang," kata Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSUD Kuala Pembuang Ali Wardhana di Kuala Pembuang, Selasa.

Ia mengatakan, pasien yang datang berobat ke Poli Psikiatri didominasi oleh laki-laki dengan usianya bervariasi, mulai dari usia 20 tahun hingga 60 tahun, namun pasien terbanyak masih berada pada usia produktif yaitu usia 26 hingga 35 tahun.

"Gangguan jiwa yang diderita pasien disebabkan oleh banyak faktor. Namun, khusus untuk di Seruyan, sebagian besar pasien menderita gangguan jiwa karena dipicu masalah ekonomi serta hubungan perkawinan atau masalah rumah tangga," katanya.

Ia menambahkan, jenis gangguan jiwa yang dialami pasien juga beragam, mulai dari gangguan jiwa ringan dan sedang dengan keluhan sulit tidur, malas beraktivitas, tidak semangat, penurunan kemauan, hingga gangguan jiwa berat dengan keluhan tidak mau makan, bicara sendiri dan mau bunuh diri.

"Namun, untuk pasien yang datang berobat didominasi penderita gangguan jiwa ringan dan sedang," katanya.

Pada kasus gangguan jiwa ringan dan sedang penanganan bisa dilakukan melalui rawat jalan. Namun, untuk sejumlah kasus penderita gangguan jiwa berat terpaksa harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit.

Menurutnya, ada banyak pasien yang ditangani kondisinya sudah membaik. Bahkan ada pasien yang mengalami sulit tidur selama beberapa tahun kini sudah mulai bisa tidur secara teratur.

Lalu ada pula penderita gangguan jiwa berat yang ditangani peralahan-lahan sudah bisa bersosialisasi dengan masyarakat walaupun masih tetap mengkonsumsi obat-obatan khusus.

"Sejauh ini pasien jiwa masih bisa tertangani, namun yang perlu diketahui adalah penyembuhan gangguan jiwa tidak cukup hanya ditangani secara medis, tapi juga dibutuhkan dukungan keluarga serta lingkungan sekitar," katanya.