Masyarakat Sampit Lestarikan Tradisi Memasak Bubur Asyura

id 10 muharam, bubur asyura, kotim

Masyarakat Sampit Lestarikan Tradisi Memasak Bubur Asyura

Warga di Jalan Juanda Sampit bergotong royong memasak bubur asyura untuk dibagikan kepada masyarakat, Sabtu (30/9/2017). (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antara Kalteng) - Tradisi memasak bubur asyura setiap 10 Muharam, hingga kini masih dilestarikan sebagian masyarakat di Sampit Kabupaten Kotawaringim Timur, Kalimantan Tengah.

"Yang gabungan kami, ada dua lokasi, yaitu di Jalan Juanda dan dekat masjid kota. Masing-masing memasak 25 kilogram beras untuk dijadikan bubur asyura. Ada pula di beberapa lokasi lain," kata Yunus, salah seorang warga Sampit, Sabtu.

Entah kapan dimulai, namun memasak bubur asyura dianggap tradisi bagi sebagian umat Islam di Sampit. Kegiatan ini dilaksanakan tepat saat tibanya tanggal 10 Muharam, seperti hari ini.

Sebagian warga ada yang mengartikan tradisi itu sebagai simbol tolak bala. Makin banyak jenis bahan yang dicampurkan maka dianggap makin bagus.

Tradisi memperingati hari Asyura merujuk pada sejarah Islam. Banyak kejadian pada 10 Muharam, di antaranya hari penciptaan alam semesta, hari saat Nabi Nuh diselamatkan dari banjir bandang, hari saat Nabi Musa melintasi laut Merah terbelah ketika dikejar tentara Fir`aun.

Hari Asyura juga saat Nabi Ibrahim selamat dari pembakaran Raja Namrud, hari saat Nabi Yunus keluar dari perut ikan dan kejadian penting lainnya.

Memasak bubur asyura sama seperti masak bubur biasanya. Hanya, bahan yang dicampur dalam membuat bubur asyura, biasanya dilengkapkan 41 jenis bahan dan rempah-rempah seperti sayur dan kacang-kacangan ditambah daging dan telur.

Dana membuat bubur asyura merupakan sumbangan dari para dermawan. Setelah masak, bubur asyura dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Sebagian disisakan untuk acara buka puasa bersama di masjid bagi warga yang melaksanakan puasa.

"Terlepas adanya polemik, faktanya tradisi ini terus dijalankan masyarakat. Kegiatan ini membawa manfaat silaturahmi dan sosial bagi masyarakat," kata Yunus.

Masyarakat selalu antusias mengikuti kegiatan ini. Laki-laki dan perempuan berbagi tugas menyiapkan bubur asyura yang nantinya dibagikan kepada masyarakat. Masyarakat senang karena rasa bubur asyura juga enak.